BISAKAH MENGUKUR KEMAMPUAN TUHAN?

Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Rabu pekan biasa ke-10

9 Juni 2021.

Bacaan dibawakan oleh Paulus Endon dan renungan dibawakan oleh Fransiska Josefina, dari Lingkungan Santa Lusia I, Gereja St. Yakobus, Paroki Kelapa Gading, Keuskupan Agung Jakarta.

2 Korintus 3: 4-11; Mazmur tg 99: 5.6.7.8.9; Matius 5: 17-19.

Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus (3: 4-11)

Saudara-saudara,
besarlah keyakinan kami kepada Allah oleh Kristus.
Dari diri kami sendiri,
kami merasa tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu
seolah-olah pekerjaan kami sendiri.
Tetapi kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah.
Dialah yang membuat
kami sanggup menjadi pelayan suatu perjanjian baru;
bukan perjanjian yang terdiri dari hukum yang tertulis,
melainkan dari Roh.
Sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan.
Pelayanan yang terukir dengan huruf pada loh-loh itu mematikan.
Meskipun demikian,
pelayanan itu disertai kemuliaan Allah pada waktu diberikan.
Sebab sekalipun pudar juga,
wajah Musa bercahaya begitu cemerlang,
sehingga mata orang-orang Israel tidak tahan menatapnya.
Jika pelayanan itu datang dengan kemuliaan yang demikian,
betapa lebih besar lagi kemuliaan yang menyertai pelayanan Roh!
Jadi, kalau pelayanan yang memimpin kepada penghukuman itu begitu mulia,
betapa lebih mulianya lagi pelayanan Roh
yang memimpin kepada pembenaran.
Sebenarnya apa yang dahulu dianggap mulia,
jika dibandingkan dengan kemuliaan yang mengatasi segala sesuatu ini,
sama sekali tidak mempunyai arti.
Sebab jika yang pudar itu disertai dengan kemuliaan,
betapa lebihnya lagi yang tidak pudar itu disertai dengan kemuliaan.

Demikianlah sabda Tuhan.

Tema renungan kita pada hari ini ialah: Bisakah Mengukur Kemampuan Tuhan? Umumnya jawaban kita ialah tidak bisa dan tidak akan. Santo Agustinus pernah mencoba, tetapi ia gagal memahami Tuhan secara memadai. Ia mengejek seorang bocah yang melubangi pasir untuk mengisi semua air laut ke dalamnya. Bocah itu menanggapi dia, bahwa otak manusia terlalu kecil untuk Tuhan yang maha besar. 

Kita bisa mengukur kemampuan Tuhan bukan dengan bersusah-susah studi, penelitian, pembuktian refleksi teologis-akademik yang tinggi, atau sebuah permenungan kontemplatif bertahun-tahun. Kita mengukurnya dengan menerima dan mengakui setiap bentuk kemuliaan Tuhan yang kita alami tiap hari. Singkatnya, kemampuan Tuhan itu kita ukur dengan kekuasaan Tuhan yang berwujud dalam kata dan perbuatan kita untuk menghadirkan perbuatan cinta dan belas kasih-Nya di dunia.

Santo Paulus dan rekan-rekannya memberikan kita ukuran kekuasaan Tuhan itu dengan suatu kebenaran: kesanggupan atau ketahanan pada mereka adalah dari Tuhan, bukan dari mereka sendiri. Mengapa sebagai manusia rapuh mereka bisa sanggup dan bertahan dalam segala penderitaan jiwa dan raga, itu hanya karena kehendak dari Tuhan yang mahakuasa. 

Ukuran ini ditemukan juga pada banyak di antara kita. Banyak orang atau dunia tentu akan heran dan bertanya-tanya, dari mana datang kesanggupan seorang pengikut Kristus sehingga ia bisa kuat menghadapi kesulitan dan penderitaan apa pun? Siapakah sumber kekuatannya, sehingga para pengikut Kristus sanggup mempertahankan kaul-kaul membiara dan tahbisan sucinya hingga kematian mereka? Siapakah andalan kekuatannya, sehingga pasangan suami-istri dan suatu pengabdian profesional tertentu sanggup menghadapi semua tantangan dan rintangan hidup, lalu mereka dapat bersaksi kepada dunia bahwa mereka bahagia dan hidup penuh syukur?

Jawabannya ialah hanya Tuhan yang adalah sumbernya. Ia diukur ketika kita menyaksikan sendiri setiap bentuk kemuliaan-Nya tersebut. Artinya, setiap dari kita ada dalam perhitungan Tuhan akan seperti apa dan bagaimananya kita, di situ kita dapat mengukur dan memperhitungkan Dia. Tetapi kita tidak duduk manis atau santai saja berhitung angka-angka. Kita mesti menaati dan mengajarkan perintah-perintah-Nya, menyampaikannya itu kepada mereka yang paling kecil di dalam kerajaan Allah. Dengan menaati Dia, kita akan sampai pada standar atau ukuran yang dikehendaki oleh Tuhan bagi kita masing-masing.

Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa… Mempersembahkan kesanggupan kami dalam menjawab panggilan-Mu, ya Allah, semoga kami selalu dibaharui semangat dan kehendak untuk tetap menyanggupi perutusan dan tanggung jawab yang sudah Engkau percayakan kepada kami. Bila kami merasa berat dan hampir putus asa, semoga Roh Kudus-Mu menopang kami. Demi Kristus pengantara kami. Kemuliaan kepada Bapa… Dalam nama Bapa.

Please Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *