Renungan hari Selasa, 12 November 2024
Sobat muda yang terkasih…
Bacaan Injil hari ini diambil dari Lukas, 17: 7-10, sangat singkat namun pesannya sangat kuat. Bercerita tentang relasi tuan-hamba dalam kehidupan sehari-hari. Kisah ini dekat dengan situasi kita, entah karena memiliki asisten rumah tangga, ataupun kita yang menjadi asisten di tempat usaha orang lain. Dalam kisah injil ini, sang tuan tidak mengucapkan terima kasih kepada hambanya yang sudah bekerja keras, malah terkesan anggap remeh dengan pelayanan yang dilakukan. Mereka yang berada di dalam dunia kerja tentu akrab dengan situasi ini, dimana semua pengorbanan tampak bertepuk sebelah tangan. Lalu apakah kita lantas bersikap minimalis dalam bekerja? Toh tidak ada insentif yang menanti. Inilah plot twist dari Injil ini, karena alih-alih mengendurkan semangat, Tuhan justru mengajak kita untuk tetap bekerja giat, tetap rendah hati, dan mengejar target yang lebih tinggi yakni ketika pekerjaan dan attitude kita berkenan di mata Tuhan. Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna. Kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan.
Pertama-tama kita harus sadar betul bahwa setiap karya kita adalah sebuah kolaborasi dengan karya Allah sendiri.
Tuhan sedang bekerja dan merawat dunia lewat tangan kita.
Maka tidak perlu over proud jika kita mampu melayani sesama dan berkontribusi dengan signifikan bagi kebaikan bersama, sebab itu semua dapat terjadi karena izin Tuhan. Pesan lain dari injil hari ini adalah agar kita tidak terjebak dalam logika transaksional ketika melakukan kebaikan. Maksudnya adalah bahwa kita tidak boleh hitung-hitungan dengan Tuhan. “Karena saya rajin berdoa selama minggu ini, berarti Tuhan wajib mengabulkan apapun yang saya minta!” Atau “karena saya sudah membantu sesama, berarti saya wajib masuk surga dan dihormati bersama santo-santa pelindung saya.”
Kebaikan yang kita lakukan, pertama-tama dan terutama bukan dalam rangka membeli tiket masuk surga, tetapi merupakan ungkapan cinta kita kepada Tuhan–yang sudah lebih dahulu mencintai kita.
Don Bosco sangat terkenal karena kesederhanaannya. Ia begitu dicintai anak-anak muda karena ia memilih jalan hidup yang radikal dan tidak umum di kalangan klerik dan religius zamannya. Mengikuti teladan Yesus yang berinkarnasi demi menyelamatkan manusia, Don Bosco menghindari segala kemungkinan hidup nyaman dan mewah sebagai seorang imam. Ia memilih hidup miskin, dan mengusahakan kehidupan yang layak bagi setiap anak muda yang butuh pertolongan. Maka pesannya jelas bagi kita, mari kita mencintai Allah dengan melayani sesama dengan penuh kerendahan hati. Tuhan memberkati.
By: Diakon Franko, SDB
Terima kasih renungan hamba yang tidak berguna. Semoga memperbaiki pemikiranku yang dekat dengan “logika transaksional”. Berkah Dalem