ENGKAU BUKAN ALLAH

Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Selasa pekan biasa ke-20; 21 Agustus 2018; peringatan Santo Pius X, Paus. Yeheskiel 28,1-10; Matius 19,23-30. Suara: Ambros sdb.

Renungan kita pada hari ini bertema: Engkau Bukan Allah. Ada satu anekdot yang tidak asing bagi kita. Sebuah pesawat kecil terbang sangat tinggi. Di dalamnya ada pilot dan tiga penumpang, yaitu satu pastor tua, satu ahli komputer, dan satu orang anak remaja anggota pramuka. Imam memakai juba yang sudah tua, siswa itu berpakaian pramuka lengkap, dan ahli komputer dilengkapi dengan semua peralatan teknologi komputar-digital yang mutakhir.

Tiba-tiba pesawat menunjukkan tanda-tanda kerusakan pada mesinnya. Maka pilot mengumumkan bahwa mereka semua harus bersiap untuk menyelamatkan diri karena sebentar lagi pesawat akan meledak. Pilot menjelaskan bahwa di dalam pesawat hanya ada tiga parasut. Ia memakai salah satunya lalu pamit dan terjun dengan parasut itu. Yang tinggal adalah dua parasut untuk tiga orang penumpang.

Ahli komputer itu berkata bahwa ia sangat dibutuhkan oleh dunia. Jika ia meninggal dunia, seluruh operasional industri dan digital akan macet dan membawa kerugian besar kepada umat manusia di seluruh dunia. Ia berseru sambil mengejek: “Pastor, Anda sudah tua. Tak berguna lagi bagimu untuk hidup. Terimalah kenyataan itu. Dan engkau, anak kecil, penampilanmu bagus dengan seragam pramuka, tetapi dunia ini tidak bisa hidup melalui kegiatan pramuka.” Setelah itu sang ahli langsung terjun dengan parasutnya.

Pastor menjelaskan sesuatu kepada anak pramuka itu. “Begini nak, tidak usah kuatir. Tuhan ada di pihak kita. Lelaki ahli komputer itu karena terlalu sombong dengan merendahkan semua orang, ia lupa dirinya. Ia salah mengambil ransel saya karena ia berpikir bahwa itu adalah parasut yang diperlukannya. Sekarang segera ambil parasut yang ada: satu untukmu dan satu untuk saya, dan marilah kita terjun bersama-sama.

Kesombongan dan kebutaan rohani pada diri ahli komputer itu menggarisbawahi satu prinsip, yaitu “Engkau bukan Allah”. Sehebat, sepandai, segenius apapun manusia itu ia memiliki keterbatasan dan kelemahan. Karena ia masih tetap manusia. Ia bukanlah Tuhan Allah. Sikap manusia yang me-nuhankan dirinya atau benda atau peristiwa dunia ini, ia sebenarnya melakukan pemujaan berhala. Nubuat Yeheskiel sangat tegas akan prinsip ini ketika ia mengingatkan perilaku orang-orang Israel yang sombong dengan menyamakan dirinya dengan Allah.

Salah satu sikap sombong yang ditegaskan oleh Yesus pada hari ini ialah tidak melihat kekurangan pada diri sendiri, tetapi lebih melihat dan mengutuk sesama karena kelemahan mereka. Nasihatnya tetap sama, yaitu: Engaku bukan Allah.

Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa… Ya Allah, jadikanlah kami rendah hati seperti yang Engkau kehendaki. Salam Maria… Dalam nama Bapa…

Please Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *