KESEMPURNAAN

Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Senin pekan biasa ke-20; 20 Agustus 2018; peringatan Santo Bernardus, Abas dan Pujangga Gereja. Yeheskiel 24, 15-24; Matius 19, 16-22. Suara: Peter sdb

Tema renungan kita pada hari ini ialah: Kesempurnaan. Santo Bernardus sangat terkenal di dalam Gereja pada umumnya sebagai seorang pertapa ulung. Ia berasal dari Perancis dan mengikuti Santo Benediktus dalam semangat Benediktin dengan membawa sejumlah besar pengikut untuk menapaki jalan kepada kesempurnaan melalui hidup membiara. Ia membangun dan memimpin biara Cistesian di pertapaan Clairvaux dengan anggotanya mencapai 700 orang.

Jalan kepada kesempurnaan atau istilah lebih umum “kesucian” bukan hanya para pertapa, kemudian biarawan-biarawati, dan yang lebih dipandang umum sebagai orang-orang yang berjuba. Kitab suci dengan jelas menegaskan perintah Tuhan untuk menjadi sempurna seperti Bapa yang sempurna adany. Ini adalah perintah bagi setiap orang. Yesus sudah menjadikan dirinya sebagai jalan kepada kesempurnaan itu, maka kita yang mengikuti-Nya tidak perlu ragu untuk memilih Dia. Ia menegaskan berulang kali bahwa syarat yang paling dasar dan utama untuk melewati Jalan itu ialah percaya kepada-Nya.

Tetapi syarat beriman itu harus dilengkapi dengan syarat-syarat spesifik dan yang membutuhkan pengorbanan lebih besar. Syarat beriman secara umum dapat dipenuhi oleh semua murid Tuhan seperti menjalankan perintah-perintah Allah. Berdoa dan berpuasa merupakan bagian dari perintah-perintah itu. Menghargai orang tua dan orang dewasa atau mereka yang dituakan juga sudah menjadi bagiaan dari perintah-perintah itu. Tidak mencuri, berbohong, berbuat zinah, menyembah berhala adalah larangan-larangan umum untuk semua orang.

Jika semua ini dilaksanan dengan baik dan teratur, seorang beriman dapat dianggap baik dan menjadi teladan bagi sesamanya yang lain. Namun bagi Tuhan Yesus, untuk menjadi sempurna seseorang perlu melakukan lebih daripada baik. Masih ada syarat yang lebih untuk dilaksanakan. Syarat itu ialah penyangkalan diri. Maksud sebuah penyangkalan diri ialah orang tersebut tidak lagi fokus untuk mengurusi dirinya. Ia bahkan melupakan dirinya sendiri. Ia merendahkan dirinya serendah-rendahnya, sampai-sampai menderita sakit dan mati. Hal itu dilakukannya karena ia ingin berbuat baik dan melayani sesamanya.

Contoh penyangkalan diri terutama ialah Yesus Kristus. Santo Bernardus juga meninggalkan segala-galanya, bahkan keluarganya dan harta miliknya karena ingin hidup terbebaskan dari semua ikatan dunia ini, supaya jiwanya hanya fokur kepada Tuhan. Banyak orang telah menjadi contoh kesempurnaan dengan segala bentuk penyangkalan diri, lalu memilih hidup yang kontemplatif atau hidup menyatu dalam kerja dan pelayanan bagi sesamanya. Itu adalah suatu kesaksian hidup yang sempurna. Kita bisa melakukannya.

Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa… Ya Tuhan, semoga dengan berkat-Mu kami tidak segan-segan membuat penyangkalan diri dalam kemampuan dan situasi kami masing-masing sebagai anak-anak-Mu. Bapa kami… Dalam nama…

Please Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *