Renungan hari Sabtu pekan biasa ke-8, 29 Mei 2021 (Sirakh 51: 12-20; Mazmur tanggapan 19: 8.9.10.11; Markus 11: 27-33)
Renungan kita pada hari ini bertema: Peliharalah Dirimu Di Dalam Kasih Allah. Seseorang baru dapat memberi atau berbagi dari dirinya kalau ia memiliki sesuatu. Ia tidak mungkin memberikan sepiring nasi atau selembar uang dua puluh ribu kepada seorang sesamanya, kalau ia tidak punya nasi atau uang. Demi menunjang semangat Kristen dalam berbagi rahmat Allah, para pengikut Kristus harus memiliki rahmat Allah yang banyak.
Rahmat tidak akan habis karena sumbernya dari Tuhan Allah. Untuk menjamin kalau kekayaan rahmat Tuhan senantiasa hadir di dalam diri seseorang, caranya ialah ia harus selalu memelihara dirinya di dalam rahmat kasih Allah. Ironisnya ialah banyak di antara kita karena demi semangat pelayanan, mereka cenderung mencurahkan perhatian atau memelihara iman orang lain.
Dengan kata lain, ada suatu kecenderungan kita untuk mengurusi hidup rohani orang lain. Kita ikuti mereka terus-menerus dalam bagaimana mengusahakan hidup yang saleh, hidup penuh kasih, dan hidup dalam persekutuan. Biasanya orang-orang yang menganggap dirinya sudah dewasa dan sudah sedikit maju dalam pengetahuan iman melakukan hal ini. Akibatnya mereka tidak mempunyai kesempatan dan kemauan untuk memelihara diri sendiri terkait dengan hidup di dalam kasih Allah. Mereka menganut gaya aktivisme.
Pemeliharaan diri di dalam kasih Allah berangkat dari prinsip bahwa Tuhan Allah sendiri berkuasa menjaga kita supaya kita tidak tersandung dan tidak dikuasai sepenuhnya oleh kuasa kejahatan. Kitab Putra Sirakh dalam bacaan pertama menegaskan menegaskan supaya setiap umat Allah yang taat dan setia kepada Tuhan, harus mencari yang dituntut oleh imannya, yaitu kebijaksanaan. Dengan menemukan kebijaksanaan Tuhan, kita akan dikaruniai rahmat kegembiraan untuk menantikan kemuliaan-Nya yang akan dinyatakan secara penuh.
Selanjutnya kita sendiri yang memelihara rahmat yang sudah dicurahkan kepada kita. Cara yang paling mendasar ialah kebutuhan akan kekuatan rahmat Tuhan supaya mengisi diri kita, bagai jiwa yang haus akan Tuhan dan rindu untuk dipuaskan oleh Tuhan setiap waktu. Jika sikap kita hanya menunggu dengan pasif, bisa saja kesiapan kita akan datangnya rahmat itu sangat minim. Tetapi ketika ada kebutuhan dan kemendesakan, kita akan sangat bergembira dan siap untuk dicurahkan rahmat dari Tuhan.
Kita dapat memelihara diri sendiri dalam kasih Allah melalui semakin banyak perbuatan kasih. Setiap perbuatan kasih yang kita lakukan harus tetap bersumber pada nama dan kuasa Yesus Kristus yang menghadirkan Allah yang maha tinggi. Tanpa bersumber pada kuasa Tuhan, setiap perbuatan kasih kita bakal kehilangan legitimasi dan pengaruh rohaninya bagi orang lain.
Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa… Ya Allah maha kuasa, semoga kami tekun memelihara diri kami di dalam kasih-Mu. Salam Maria… Dalam nama Bapa…