NOVISIAT YANG CERIA

Pastor Andang orang Semarang ini, pada saat mulai mewabah pandemi Covid-19, sedang mengikuti sebuah studi/ kursus formator di Universitas Pontifikat Salesian di Roma, Italia. Ia berusaha bertahan dan menyelesaikan pendidikan itu. Ia kembali ke tanah air dalam keadaan sehat dan bersemangat untuk menjalankan perutusannya sebagai magister novis.

Setiap serikat religius menaruh harapan yang besar sekali kepada novisiatnya masing-masing. Ibarat ibu hamil yang sangat dinantikan saatnya untuk melahirkan, novisiat sangat dinantikan untuk melahirkan anak-anaknya menjelang akhir tahun pembinaan formal yang disebut tahun kanonik itu. Akhir masa itu ditandai dengan pengikraran kaul bagi para novis untuk menjadi anggota resmi serikat.

Novisiat SDB – INA adalah bagian dari Komunitas SDB Tigaraksa, di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Selama satu tahun kanonik ini, hanya ada dua novis. Kami mengatakan “hanya” karena ini adalah jumlah terkecil selama novisiat SDB resmi diadakan di Indonesia. Tentu ada banyak faktor yang menjadi alasan jumlah yang kecil ini. Namun hal ini bukan menjadi persoalan kami di novisiat.

Perhatian utama atau kerasulan utama lembaga novisiat, magister dan para konfrater di komunitas ini ialah menjalankan pembinaan sebaik-baiknya kepada kedua novis itu. Dalam membina dan mendidik mereka, kami mengalami kemudahan terkait dengan jumlahnya yang hanya dua orang. Namun ketika dalam kegiatan dan kreativitas yang mensyaratkan keterlibatan lebih dari dua atau banyak orang, ini yang menjadi tantangan tersendiri. Meski jumlahnya sedikit, novisiat tetaplah novisiat!

Yang menggembirakan dan membuat ceria ialah bahwa kedua novis ini mampu menunjukkan semangatnya dalam bekerja dan mengikuti seluruh proses pembinaan. Mereka bersemangat dalam kreativitas kegiatan-kegiatan layaknya dilakukan orang banyak. Justru mereka tidak bosan dan hilang semangat dalam kegiatan-kegiatan yang sama dan berulang-ulang.

Keceriaan ini didukung oleh kegiatan olahraga bersama yang senantiasa menyatukan para novis dan anggota komunitas yang lain. Melalui olahraga itu, setiap orang memberikan peran sertanya sehingga tercipta kegirangan dan kekeluargaan. Olahraga memupuk kesegaran tubuh dan tentu membantu kami untuk kembali tekun dengan kegiatan-kegiatan kami di novisiat. “Fun” di novisiat memang didapatkan dalam kesempatan ini.

Seperti kehidupan di mana pun dalam masa pademi ini, novisiat kami juga menemui kesulitan yang berkaitan dengan kegiatan “pastoral”. Ada baiknya, misalnya dalam satu dan dua kesempatan para novis dapat melakukan aksi panggilan di sekolah atau paroki. Ada baiknya juga, kegiatan tertentu dilakukan di luar novisiat yang membutuhkan peran serta para novis dalam kreativitasnya. Namun kegiatan-kegiatan seperti ini tidak dimungkinkan.

Maka kedua novis ini memang tetap hidup dalam irama dan rutinitasnya di novisiat selama masa pandemi ini. Tidak terasa, dengan setengah tahun 2021 sedang berjalan pergi ini, masa novisiat juga menjelang akhir tahunnya. Apakah kami gembira dan puas dengan semua yang telah dan sedang berlangsung di novisiat?

Pada prinsipnya kami puas. Kami mengikuti perkembangan para novis dengan baik. Mereka berdua bertumbuh dan berkembang dalam konteks pembinaan Salesian sebagaimana yang diharapkan. Bila memang dikehendaki oleh Tuhan, mereka akan mengikrarkan kaul dan secara penuh menjadi Salesian. Novisiat seperti ibu yang melahirkan anak-anaknya yang baru. 

Di tengah masa pandemi, kami dapat menjalankan tugas-tugas perutusan di novisiat, dan kedua novis juga menekuni hidup mereka sebagai novis. Mereka menunjukan semangat untuk terus dibina, tetapi juga mereka berusaha membina dirinya sendiri. Banyak perubahan yang terjadi di dalam diri mereka.

Kepuasan kami di novisiat memang ada di sini. Kepuasan itu menghasilkan penghiburan, dan penghiburan adalah bagian dari semangat hidup beriman. (Laporan dari Pastor Andang K. Aji, SDB, magister novis SDB di Tigaraksa)

Please Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *