KEINGINAN HATI TIDAK MAU MATI

Ada seorang bocah laki-laki sedang berlari-lari di taman yang terletak di tengah-tengah Komunitas SDB Tigaraksa, Tangerang. Ia sangat menikmati permainannya, sedangkan orang tua dan kakanya sedang berada di dalam ruangan dan berbicara dengan pastor-pastor Salesian.

Bocah itu berlari dan berjalan di sepanjang jalan-jalan beton yang membentuk diameter-diameter taman yang berbentuk empat persegi itu. Arah berjalan dan berlarinya lurus untuk satu diameter lalu berpindah ke jurusan yang lain. Kemudian seorang Salesian muda menghampirinya. Bocah itu berhenti sejenak dari kesibukannya.

Salesian muda itu tidak menyapanya lebih dahulu, namun bocah itu yang justru menyapa dengan bertanya: “Mengapa ada banyak salib di sini?”, dan menunjuk pada jalan-jalan beton yang sedang ia lewati. Salesian itu bingung lalu balik bertanya kepada bocah itu, “Di mana salibnya?”.

Bocah itu menunjuk pada jalan lurus yang sedang ia lewati, kemudian ia menunjuk juga jalan lain yang melintang dan memalang jalan yang sedang ia lewati. “O ya, benar, anak ini melihatnya sebagai salib,” Salesian muda itu mengakuinya di dalam hati. Bocah itu melihat dan mengerti taman di tengah rumah biara ini dengan cara yang berbeda.

Semua Salesian, khususnya di Indonesia akan dengan spontan menghubungkan design taman itu dengan sosok misionaris SDB pertama di Indonesia, Pastor Jose Carbonell Llopis, SDB. Ada tiga rumah Salesian di Indonesia yang dirintisnya memiliki taman di tengah rumah dengan model yang sama, yang oleh bocah tadi memiliki “banyak jalan salibnya”.

Pada awal minggu kedua bulan Juni 2016, Pastor Carbonell sedang duduk di kursi roda sambil memandang lautan lepas Mediteranian. Posisi duduknya persis di depan Komunitas Salesian El Campello, tempat ia menghabiskan tahun-tahun terakhir hidupnya. Ia sedang menunggu tamunya yang spesial, yaitu tiga orang berasal dari Indonesia.

Bersama dengan orang-orang Indonesia yang menemaninya selama 5 hari, ia tampaknya mendapatkan energi baru. Maklum, ia sedang sakit, setengah badannya lumpuh dan usianya sudah lanjut. Namun semangat bercerita dan menikmati makanan tidak kendur sejengkal pun. Ia merasa seperti terbang ke Indonesia untuk sementara waktu.

Seorang tamu bertanya kepadanya: “Apakah yang Padre masih ingin berbuat di Indonesia?” Pastor Carbonell menatap mereka dengan mata berkaca-kaca seperti mau memecah tangisnya, tapi ia tetap bersemangat untuk berbicara, dan ia menjawab: “Keinginan hati saya tidak mau mati untuk bekerja dan berbuat bagi kalian di Indonesia.”

Para Salesian di Indonesia dan semua orang yang mengenal Salesian menerima diri Pastor Carbonell dan jasa-jasanya sebagai karunia Tuhan yang istimewa. Dan salah satu yang ia telah wariskan dalam karya-karya Salesian di Indonesia ialah seperti yang diungkapkan oleh bocah laki-laki tadi, yaitu kehidupan Kristiani dengan pengalaman salib.

Betapa pun berat dan banyak salib yang menyertai kehidupan ini, Tuhan Yesus dan Bunda Maria Penolong Umat Kristiani memberikan keyakinan kepada semua orang beriman bahwa salib adalah jaminan untuk mencapai kemuliaan.***

Please Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *