Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Kamis pekan biasa ke-11
17 Juni 2021
Bacaan dibawakan oleh Bruder Berto, SDB dari Komunitas Skolastikat SDB di Jakarta dan renungan dibawakan oleh Pastor Paskalis, SDB dari Komunitas SDB di Sumba Barat Daya, NTT
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:
Dalam khotbah di bukit berkatalah Yesus,
“Bila kalian berdoa janganlah bertele-tele
seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah.
Mereka menyangka
doanya akan dikabulkan karena banyaknya kata-kata.
Jadi janganlah kalian seperti mereka.
Karena Bapamu tahu apa yang kalian perlukan,
sebelum kalian minta kepada-Nya.
Maka berdoalah demikian:
Bapa kami, yang ada di surga,
Dimuliakanlah nama-Mu.
Datanglah Kerajaan-Mu.
Jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di surga.
Berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya
dan ampunilah kesalahan kami,
seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami.
Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.
Tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat. Amin.
Karena, jikalau kalian mengampuni kesalahan orang,
Bapamu yang di surga akan mengampuni kalian juga.
Tetapi jikalau kalian tidak mengampuni orang,
Bapamu pun tidak akan mengampuni kesalahanmu.”
Demikianlah Injil Tuhan.
Tema renungan kita pada hari ini ialah: Bapa Kami Yang Ada Di Surga. Yang terungkap dari tema ini ialah kalimat pertama doa “Bapa Kami” yang kita kenal sebagai doa-nya Tuhan Yesus Kristus. Doa ini keluar dari hati dan pikiran Yesus yang terdalam, sehingga pantas sebagai doa milik Yesus sendiri. Dari semua doa Yesus di dalam perjanjian baru, doa ini merupakan yang paling kita kenal dan kita ingat. Mengapa? Karena Yesus mengajarkan sendiri kepada murid-murid-Nya dan kita para pengikut-Nya.
Satu pertanyaan sederhana muncul dari sini ialah: jika doa ini adalah doa-Nya Yesus Kristus, lalu mengapa bunyinya: Bapa kami… dan bukan sebaiknya “Bapa-Ku yang ada di surga” supaya jelas menegaskan kepunyaan doa adalah Yesus. Jika Yesus sendiri yang merumuskan kemudian memakainya untuk menyatakan hubungan pribadi-Nya dengan Bapa, akan menjadi kurang tepat kalau Ia memakai kata ganti “kami”, yang artinya melibatkan orang-orang lain selain diri-Nya.
Para bapa dan pemuka Gereja seperti Santo Siprianus dan Paus Leo Agung, di dalam refleksinya mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan yang terbuka dan universal. Ajaran dan doa-Nya juga terbuka dan universal. Hubungan pribadi-Nya dengan Bapa di surga hendak dibagikan menjadi hubungan yang sama juga di antara para pengikut-Nya. Doa ini adalah doa bersama dengan Yesus untuk menyampaikan pengakuan iman, persembahan syukur-pujian dan penyampaian permohonan dari kita manusia.
Kalimat pertama doa itu menggambarkan suatu relasi yang dekat dan melekat. Yesus ingin supaya kita menjadi begitu dekat dengan Bapa surgawi, dan Ia merentangkan tanganNya pada salib untuk mendamaikan kita denganNya. Penggilan Allah sebagai ”Bapa” merupakan inovasi atau ciptaan Yesus. Sebelum Yesus tak pernah seorang pun menjalin hubungan dengan Allah sebagai Bapa-Anak. Kalau hubungan Bapa-Anak menyatu, maka tidak ada lagi hubungan atau kelekatan lain yang dapat mengubahnya, seperti penegasan Santo Paulus dalam suratnya yang kedua kepada jemaat di Korintus dalam bacaan pertama liturgi hari ini.
Hubungan ini pada akhirnya menghasilkan berkat-berkat dari Bapa untuk memenuhi semua kebutuhan jasmani dan rohani kita. Berdoa “Bapa Kami” baik pribadi maupun bersama seperti membuka kran untuk mengalirnya rezeki dan semua rahmat yang kita perlukan. Permintaan kita kepada Bapa untuk terjadi mujizat dalam diri kita dapat kita lakukan di mana dan kapan saja. Yang perlu kita lakukan ialah berdoa “Bapa kami” dengan benar, yaitu pertama memuliakan dan mengucap syukur, baru kemudian memohonkan rahmat kepada Bapa.
Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa… Ya Yesus yang baik, semoga setiap kali mendoakan doa “Bapa Kami”, buatlah kami selalu rendah hati dan tulus. Kemuliaan… Dalam nama Bapa…