APA UNTUNGNYA MEMBERI DENGAN SUKACITA?

Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Jumat pekan biasa ke-18, 10 Agustus 2018; Pesta Santo Laurensius, diakon dan martir. Suara: Diakon Dadang sdb

Tema renungan kita pada hari ialah: Apa Untungnya Memberi Dengan Sukacita? Dalam kuliah katekese, para mahasiswa calon katekis diberikan satu pertanyaan sederhana oleh dosen dan diharapkan supaya jawabannya hanya satu kata. Pertanyaannya ialah: Apakah artinya cinta kasih? Dari semua jawaban, mayoritas mengartikan cinta sebagai suatu kebahagiaan, kesenangan, kebaikan, suka cita, kesetiaan, kesabaran, kemurahan-hati, berbelas kasih. Lalu sang dosen mengarahkan semua mahasiswanya untuk mensintesiskan semua pemaknaan itu dengan satu kata saja, yaitu memberi.

Sesungguhnya memberi adalah makna utama cinta kasih. Tuhan yang memulai memberikan diri-Nya, yaitu dengan mengungkapkan diri kepada manusia supaya disebutkan nama-Nya, didengarkan suara-Nya, dipandang wajah-Nya seperti pengalaman Musa, didekati sebagai pribadi. Yang paling nyata tindakan memberi itu ialah Putera Allah, yaitu Yesus Kristus yang menjadi manusia dan tinggal bersama dengan umat manusia. Tindakan Yesus yang terbesar bagi manusia ialah memberikan diri-Nya dengan mati secara keji, kemudian kembali memberikan diri-Nya untuk menyertai kita sampai akhir zaman melalui Roh Kudus.

Diakon dan martir Santo Laurensius menjadi contoh bagi kita dalam memberi suatu kehidupan bagi Tuhan dan sesama. Ia memberikan hidupnya untuk melayani dengan sepenuh hati dan membuat sesamanya mengerti bahwa kehidupan hanya akan sangat berarti kalau diberikan kepada yang lain. Ia buktikan itu dengan menjadi martir. Santo Paulus dalam suratnya yang kedua kepada jemaat Korintus memuji orang-orang yang memberi dengan suka cita, karena keuntungannya ialah mereka akan menuai atau memperoleh hasilnya yang jauh lebih banyak. Hasil yang paling tinggi tingkatnya ialah Allah mengasihi mereka. Kasih itu berwujud pada aneka karunia yang dicurahkan supaya orang yang dikaruniai itu berkecukupan di dalam segala sesuatu.

Di antara semua karunia itu, panggilan kepada kekudusan menduduki posisi tertinggi. Melalui panggilan itu, setiap orang melihat jauh ke depan ketika masih berada di dunia, suatu capaian yang sudah dijanjikan Allah sejak penciptaan, yaitu persekutuan dengan Allah. Yesus Kristus mengajarkan bahwa jalan kepada kekudusan hanya akan dilalui dengan penyangkalan diri. Di luar jalan ini tentu tidak ada. Ada begitu banyak orang yang sampai saat ini tidak mengakui Yesus Kristus meski mereka yakin dengan imannya kepada Allah. Namun jalan penyangkalan diri merupakan syarat untuk dapat bersatu dengan Tuhan. Secara implisit mereka jelas menjalankan apa yang diajarkan Yesus. Bagi kita para pengikut Kristus, gambaran biji gandum yang masuk ke dalam tanah, mati, dan tumbuh merupakan terang dalam semangat penyangkalan diri itu.

Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa… Ya Tuhan, kami mohon supaya semangat cinta kami ditambah dan dikuatkan. Kemuliaan… Dalam nama Bapa…

Please Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *