WARGA NEGARA YANG MERDEKA

Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Jumat pekan biasa ke-19; 17 Agustus 2018; Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia. Sirakh 10,1-8; 1 Petrus 2,13-17; Matius 22, 15-21. Suara: Peter sdb.

Tema renungan kita pada hari ini, hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia ini, ialah: Warga Negara Yang Merdeka. Mungkin sangat sedikit umat Gereja Katolik lokal di dunia yang merayakan hari Kemerdekaan negaranya secara liturgis. Dari yang sangat sedikit itu, perayaan liturgis hari Kemerdekaan yang sangat dekat di hati kita ialah negeri kita sendiri, Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sebagai anggota Gereja Katolik, menjadikan hari Kemerdekaan 17 Agustus sebagai hari raya liturgi pasti sangat bermakna. Gereja kita mendapatkan tempat yang sangat spesial dan strategis di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. NKRI juga menjadi rumah besar yang nyaman dan membuat betah keberlangsungan hidup Gereja Katolik. Seperti kita ketahui, sebuah hari raya liturgi posisinya satu tingkat di atas sebuah pesta dan dua tingkat di atas hari-hari biasa.

Jadi liturgi hari raya Kemerdekaan RI merupakan suatu perayaan besar yang penuh kemeriahan dan syukur. Dalam liturgi Sabda untuk Misa Kudus misalnya, tiga bacaan berisi sabda Tuhan mengenai peri kehidupan berbangsa, berbangsa, dan bermasyarakat. Melihat diri kita sebagai warga NKRI yang merayakan ulang tahun kemerdekaan negara kita ke-73 ini, seluruh perhatian jelas berfokus pada nilai kemerdekaan. Menjadi warga negara yang merdeka merupakan idealisme kita yang diwariskan oleh para pendiri bangsa ini.

Namun lebih luas daripada suatu prinsip hidup bernegara adalah kodrat kita sebagai manusia yang memiliki kebebasan sebagai definisi pribadi manusia yang bermartabat. Pengakuan akan martabat kebebasan itu menemukan pendasarannya pada ketetapan Tuhan Allah yang menciptakan kita sedemikian rupa sebagai makluk yang istimewa. Selain kebebasan yang kita miliki, gambar dan rupa Allah juga ditaruh di dalam diri kita. Atas dasar itu, maka kebebasan kodrati kita dilengkapi dengan status kita sebagai orang-orang beriman, sehingga menjadi kebebasan anak-anak Allah.

Menjadi hamba-hamba Allah yang menuruti segala perintah-perintah Allah, kebebasan kita tidak hilang, seperti yang umumnya kita pahami tentang orang yang harus bebas dari hal atau pihak yang mengganggu dirinya. Dengan menaati Tuhan untuk menjalankan kehendak-Nya, kita memiliki kebebasan untuk mengambil jalan hidup yang benar untuk mencapai keselamatan. Tanggung jawab dan tugas kita di dunia membutuhkan kebebasan dari segala hambatan untuk memenuhi standar-standar di dunia ini. Tetapi dalam kaitan dengan keselamatan kita setelah hidup di dunia ini, kita justeru sangat dituntut untuk memiliki kebebasan untuk pilihan tersebut demi kesempurnaan hidup kita.

Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa… Ya Allah, lindungilah dan kuatkanlah negara kami Indonesia demi suksesnya tujuan bangsa kami, Bapa kami… Dalam…

Please Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *