Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Sabtu pekan biasa ke-19; 18 Agustus 2018. Yeheskiel 18, 1-10.13b. 30-32; Matius 19,13-15. Suara: Peter sdb
Tema renungan kita pada hari Sabtu ini ialah: Rasa Keadilan. Seorang murid SD kelas 5 disanksi oleh gurunya karena terlambat sepuluh menit. Kali ini merupakan pertama kali ia terlambat masuk ke pelajaran sang guru. Hukuman bagi anak itu ialah menulis kata-kata “tidak mau terlambat lagi” berulang-ulang sampai sebuah buku tulis penuh, dari halaman pertama sampai terakhir.
Pada waktu yang lain, guru yang sama terlambat masuk untuk memberikan pelajaran. terlamat sampai 30 menit. Ia tentu punya alasan untuk terlambat. Tetapi kali ini ia sama sekali tidak menjelaskan alasan dirinya terlambat kepada anak-anak. Kejadian itu sungguh melukai hati si murid yang beberapa waktu lalu terlambat dan diberikan sanksi. Murid bersangkutan kelihatan sangat terpukul, juga teman-temannya menampkkan wajah heran atas keanehan tersebut.
Murid terlambat ada hukumannya. Mengapa guru terlambat tidak merasa bersalah dan tidak ada sanksinya? Contoh kejadian ini merupakan suatu kenyataan rasa keadilan yang merosot bagi si murid. Unsur ketidak-adilan juga sebagai kenyataan yang dianggap normal dari pihak guru. Padahal sekolah dan misinya dalam pendidikan wajib mengajarkan dan menghidupi nilai atau prinsip keadilan. Sejak di keluarga seorang manusia sudah mengenal nilai keadilan. Selanjutnya di sekolah dan dalam masyarakat, nilai ini mesti harus lebih ditanamkan dalam kesadaran dan dipraktekkan dalam perbuatan nyata.
Keadilan sebuah hukuman menemukan pendasarannya dari keyakinan iman kita kepada Tuhan. Kitab Suci Kristen menulis dengan sangat jelas di sejumlah bagiannya tentang Tuhan yang membenarkan orang-orang yang hidup benar, jujur dan adil. Di samping itu Tuhan juga menghukum mereka yang bersalah. Di dalam nubuat Yeheskiel sebagai bacaan pertama hari ini, dikatakan sangat jelas bahwa rasa keadilan terungkapkan kalau hukuman diberikan atas tindakan yang salah. Tidak mungkin suatu hukuman ditimpahkan kepada perbuatan yang benar dan jujur.
Orang yang mengakui dan rela menerima hukuman atasnya karena tindakannya yang salah, adalah orang mempunyai rasa keadilan yang tinggi. Sikapnya sangat terpuji. Ia tulus dengan dirinya dan ia pasti di dalam tangan Tuhan, dalam perlindungan-Nya. Rasa keadilan juga ingin ditekankan oleh Yesus ketika segala urusan kita di dunia ini berkaitan dengan hak yang layak diterima setiap orang. Contoh konkret ialah ketika anak-anak memiliki hak yang sama dengan orang- orang pada umumnya untuk melihat, mendekati, dan bertemu Yesus. Mereka tidak boleh dihalangi karena mereka memiliki hak yang sah. Jika mereka diberi ruang untuk itu, terpelihara dan terjaminlah rasa keadilan itu.
Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa… Ya Yesus, ajarilah kami untuk selalu menghargai dan mempertahankan rasa keadilan di dalam diri kami. Salam Maria… Dalam nama Bapa…