Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Jumat pakan biasa ke-33, 22 November 2019; peringatan Santa Sesilia, perawan dan martir. 1 Makabe 4, 36-37. 52-59; Lukas 19, 45-48. Suara: frater David sdb (bacaan) dan pastor Pras sdb (renungan)
Tema renungan kita pada hari ini ialah: Persembahan Layak Kepada Tuhan. Pada hari ini seluruh Gereja memperingati Santa Sesilia, seorang martir pada abad ke-3 di Roma. Saat ini makamnya ditemukan di gereja Santa Sesilia di Roma. Ia mulanya ingin baktikan dirinya kepada Tuhan sebagai perawan, tetapi akhirnya dijodohkan orang tua dengan seorang laki-laki tidak beriman, yang kemudian hari dibaptis di dalam Gereja Katolik.
Suami-istri ini sama-sama dibunuh karena iman mereka kepada Yesus Kristus. Diceritakan bahwa pada saat pernikahannya, yang dimainkan ialah musik duniawi atau profan. Tetapi Sesilia sendiri menyanyikan lagu kasih kepada Yesus, yang ia anggap sebagai pasangan sejatinya. Atas dasar ini, lalu sampai saat ini ia dipandang sebagai pelindung musik, penyanyi, pemusik dan kor.
Kalau kita mengikuti kisah-kisah Santa Sesilia, kita akan menemukan suatu kehidupan yang menjadi persembahan yang layak kepada Tuhan. Sejak awal hidupnya sebagai orang Kristen, niatnya sudah tulus untuk membaktikan dirinya sebagai perawan. Pernikahannya dengan lelaki yang tidak beriman pada akhirnya dibaptis menjadi Kristen, hal ini karena ia ingin persembahkan keluarga yang Kristiani kepada Tuhan.
Sebuah pernikahan di dunia antara laki-laki dan perempuan sebenarnya menggambarkan pernikahan dan ikatan janji antara Tuhan dan manusia. Ini adalah sebuah tindakan suci. Sesilia sungguh mengingatkan kita bahwa kesucian perkawinan itu harus didukung oleh tindakan-tindakan suci seperti ibadat, sakramen, seremoni, pesta dan ungkapan cinta satu pasangan manusia yang dipilih oleh Tuhan, untuk melaksanakan kehendak Allah melalui perkawinan.
Banyak sekali sarana dan instrumen yang dikuduskan supaya dapat membantu kita menyucikan diri kita di hadapan Tuhan. Perkawinan adalah salah satunya. Di dalam bacaan pertama dikisahkan bagaimana Yudas Makabeus bersama orang-orang Yahudi yang taat kepada Allah menahbiskan mezbah dan dengan suka cita mempersembahkan kurban kepada Allah. Rumah ibadat yang dijadikan pasar dan dinodai dengan aktivitas duniawi yang memalukan, dibersihkan oleh Yesus. Penodaan ini pasti tidak dapat lagi menjadi alat pengudusan kita.
Sarana dan instrumen yang suci itu bukan sebagai tujuan kita beriman. Mereka sangat penting dan berperan membantu kita supaya mencapai tujuan, yaitu berjumpa dengan Tuhan dan tinggal bersama Dia. Tugas kita yang penting ialah membersihkannya dari penodaan, menggunakan sesuai fungsinya, mengajarkannya kepada mereka yang belum mengetahui, menambahkan bila diperlukan, memperbaiki yang rusak, dan memeliharanya dengan tekun.
Marilah kita berdoa. Dalam nama… Ya Yesus yang baik, kuduskanlah kami selalu setiap kali kami berdoa dan bersujud kepada Tuhan. Salam Maria… Dalam nama…