PENJAGA IMAN

Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Selasa pekan biasa ke-21; 28 Agustus 2018; peringatan Santo Agustinus, Uskup dan Pujangga Gereja. 2Tesalonika 2,1-3a.13b-17; Matius 23,23-26. Suara: Peter sdb

Setelah lama menjauh dari Tuhan, Agustinus akhirnya dibaptis oleh Uskup Agung Milan, Santo Ambrosius.

Tema renungan kita pada hari ini ialah: Penjaga Iman. Orang kudus yang hari ini kita rayakan peringatannya, Santo Agustinus, pernah mengungkapkan suatu keyakinan sebagai cara untuk menjaga iman supaya orang beriman tetap dalam jalan yang benar. Keyakinan Santo Agustinus itu dapat kita temui dalam pernyataan banyak orang saat ini, yaitu: Kita memerlukan belas kasih Tuhan untuk masa lalu kita, cinta kasih-Nya untuk kebutuhan-kebutuhan kita saat ini, dan penyelenggaraan-Nya untuk hari-hari esok kita.

Santo Agustinus termasuk satu dari banyak orang kudus, terhitung mulai dari Bunda Maria, sebagai penjaga iman kita. Keyakinannya yang diungkapkan tadi merupakan terang dan kekuatan untuk menjaga iman kita supaya kuat dan utuh di dalam perjalanan waktu. Unsur-unsur keutamaan besar, yaitu iman yang membuat kita percaya pada belas kasih Allah yang mengampuni kita orang berdosa lalu menerima kita kembali sebagai putera dan puteri kesayangan-Nya. Unsur cinta kasih yang membuat kita bertumbuh baik jasmani maupun rohani melalui setiap perbuatan dan karya sesuai dengan panggilan kita masing-masing. Unsur pengharapan kita sangat bergantung pada penyelenggaraan-Nya sehingga esok hari kita yakin akan selalu menadapatkan berkat karunia yang kita perlukan.

Ada dua pilar utama  yang menjadi kekuatan dalam menjaga iman kita. Agustinus dan semua orang kudus lainnya sangat mendasarkan hidup mereka pada dua pilar tersebut, yaitu Firman Tuhan yang kita miliki dalam bentuk kitab suci dan warisan berupa ajaran-ajaran dan semangat hidup Kristen yang disebut tradisi suci. Santo Paulus di dalam bacaan pertama kepada jemaat di Tesalonika menjelaskan bahwa kesetiaan dan patuh terhadap tradisi merupakan salah satu cara untuk menjaga iman kita. Ia berkata: “Berpeganglah pada ajaran-ajaran yang telah kalian terima dari kami”. Tradisi tidak berdiri sendiri dan memampukan diri untuk mengajarkan sesuatu kepada kita. Tetapi ada pribadi atau tokoh-tokoh berkompeten yang mewariskan tradisi itu. Mereka yang begitu kuat dan pemegang kewibawaan tradisi adalah penjaga iman kita.

Orang-orang munafik seperti kaum Farisi dan para ahli taurat yang dilawan oleh Yesus tidak bisa menjadi penjaga iman kita. Mereka menciptakan tradisi yang lain sama sekali daripada tradisi Gereja yang suci. Sering kita sebagai pengikut Kristus dan anggota Gereja yang kudus kurang menyadari bahwa pegangan dan sadaran iman kita tidak hanya kitab suci, tetapi  juga tradisi suci. Kebiasan hidup Kristen, sakramen-sakramen, dovosi-devosi dan semua ajaran para pejabat Gereja seperti Paus dan para Uskup merupakan bagian dari tradisi Gereja yang amat luas. Semua memiliki kegunaan yang sangat penting yaitu untuk menjaga iman kita. Kita perlu selalu mensyukuri pentingnya tradisi iman kita.

Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa… Ya Bapa maha kuasa, semoga kami selau setia dan betah di dalam Gereja-Mu. Bapa kami… Dalam nama Bapa…

Please Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *