SDB-INA, Jakarta (15/09/2019) – Seorang misionaris imam atau biarawan yang sungguh-sungguh, dikenal dan diakui amat menyatu dengan orang-orang dan budaya tempat ia bekerja. Dengan cara ini, ia membuat dirinya dekat dengan orang-orang yang dilayaninya, dan orang-orang menganggap dirinya satu dengan mereka.
Mereka fasih dengan bahasa setempat. Mereka terbiasa makan makanan setempat. Mereka menampilkan dirinya seperti penampilan orang-orang setempat. Mereka harus tercium bau seperti orang-orang di daerah misi tersebut. Kira-kira ini adalah pengalaman Pastor Agustinus Dominggus Togo SDB, pria asal Ende (Flores) yang menjadi misionaris di negara Ecuador, Amerika Selatan.
Gusty panggilan akrabnya di antara para SDB Indonesia dan teman-temannya, di tanah misi ia dipanggil Padre Agustin. Ia sudah berada di Amerika Latin, khususnya di negara Ecuador dan Kolombia selama 10 tahun. Misi utamanya adalah di Ecuador, tetapi selama empat tahun ia belajar teologi di Kolombia. Ia berangkat ke tanah misi setelah menyelesaikan pendidikan filsafatnya di Jakarta, jadi ketika itu ia masih berusia sekitar 24 tahun.
Di pertengahan bulan September ini Pastor Gusty, yang saat ini sebagai Pastor Paroki di antara suku Indian “Acuan” di wilayah Wasakentza pedalaman Amazon, berlibur ke Indonesia. Ia sempatkan dirinya tinggal beberapa hari di Jakarta, dan dengan sangat mengesakan ia berbagi tentang suka cita dan tantangannya sebagai misionaris di Ecuador.
Berada bersama teman-temannya setarekat dan sahabat di Jakarta membuat Gusty mengenangkan kembali panggilan awal dan masa pembinaannya. Teman-teman menyambutnya sebagai seorang saudara yang menginspirasikan mereka tentang semangat apostolik Gereja yang tumbuh secara dinamis dalam setiap waktu karya Gereja Yesus Kristus di dunia.
Silakan menyimak video kesaksian Pastor Gusty dan kesaksian teman-teman tentang dirnya yang ditampilkan dalam laporan berita ini.