Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Senin pekan biasa ke-21; 27 Agustus 2018; peringatan Santa Monika. 2Tesalonika 1,1-5.11b-12; Lukas 7,11-17. Suara: Aleks sdb.
Tema renungan kita pada hari ini ialah: Muliakan Nama Tuhan. Anak yang badung, nakal, dan bersikap di luar kewajaran ditemukan di mana-mana. Banyak orang tentu merasa tidak nyaman dengan perilaku anak seperti ini. Yang paling merasakan keresahan adalah orang tuanya. Mungkin Ayahnya karena sibuk dengan kerja atau urusan lain, perasaan-perasaan yang menumpuk menjadi beban hidup ialah sang ibu. Ia telah mengandung, melahirkan, menyusui, memandikan, memberi makan, dan membesarkan anak itu, akhirnya ia juga yang paling merasa sakit ketika anaknya nakal atau jahat.
Kalau terjadi seperti ini, apakah yang menjadi sikap sesungguhnya dari seorang ibu yang tidak kehilangan cinta akan anaknya? Santa Monika bisa memberikan jawabannya. Seorang ibu tidak boleh menyerah atas kenakalan dan kejahatan anaknya. Ia harus tetap berdoa, berkorban, berpuasa, dan berbuat apa saja demi mengubah anaknya menjadi baik dan benar kembali. Santa Monika membuat itu terhadap anaknya sendiri, yaitu Santo Agustinus. Ia tidak menyerah dengan Agustinus yang di masa mudanya sangat duniawi dan jauh dari Tuhan. Banyak kecurangan dan kejahatan yang diperbuat oleh Agustinus. Tetapi karena kesabaran dan usaha tanpa henti sang ibu terkasihi, Monika, akhirnya Agustinus bertobat dan menjadi Kristen seratus persen.
Santa Monika mengajarkan kita satu cara untuk memuliakan nama Tuhan, yaitu dengan mengubah kekalahan menjadi kemenangan, kemunduran menjadi kemajuan, kematian menjadi kehidupan, putus asa menjadi berpengharapn. Ketika seseorang menjadi terhibur dan terlepas dari kesedihannya setelah mendapatkan kunjungan dan dukungan dari Anda, perubahan pada orang tersebut merupakan sebuah tanda kemuliaan Tuhan. Agustinus menjadi Santo Agustinus adalah tanda kemuliaan nama Tuhan. Anak laki-laki di Nain yang hidup dari kematian dan ibunya yang janda menjadi terhibur merupakan wujud kemuliaan nama Tuhan. Jemaat di Tesalonika yang berkembang maju dalam iman sehingga membuat Paulus dan rekan-rekannya bersyukur adalah sebuah kenyataan kemuliaan nama Tuhan.
Kita sebagai pengikut Kristus diminta untuk memuliakan nama Tuhan dengan cara menghadirkan dan membesarkan segala kebaikan dan kebenaran bagi diri orang-orang yang mendapatkan pelayanan kita. Tuhan tidak perlu menjadi mulia dan sempurna karena segala perbuatan baik dan benar yang kita lakukan. Ia sudah sangat sempurna dan tidak bisa lagi menjadi lebih dari itu. Namun ketika setiap manusia, situasi kehidupan, dan lingkungan di sekitar kita dapat dibuat menjadi berkembang maju atau dibaharui menjadi lebih baik, di situ terwujudlah kemuliaan-Nya. Maka tugas kita masing-masing dalam keadaan kita yang berbeda-beda ialah untuk memuliakan nama Tuhan yang maha tinggi.
Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa… Ya Tuhan, semoga dalam setiap tindakan kami, nama-Mu selalu dimuliakan. Kemuliaan… Dalam nama Bapa…