Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Sabtu pekan biasa ke-12
26 Juni 2021
Bacaan dibawakan oleh Suster Inez PK dan renungan dibawakan oleh Suster Lisa PK, dari Komunitas Novisiat Putri Kasih (PK) di Kediri, Jawa Timur
Pembacaan dari Kitab Kejadian
Sekali peristiwa Tuhan menampakkan diri kepada Abraham
di dekat pohon tarbantin di Mamre.
Waktu itu Abraham sedang duduk di pintu kemahnya
di kala hari panas terik.
Ketika ia mengangkat mata,
ia melihat tiga orang berdiri di depannya.
Melihat mereka,
ia bergegas dari pintu kemahnya menyongsong mereka.
Ia bersujud dan berkata,
“Tuanku, jika aku mendapat kasih Tuan,
singgahlah di kemah hambamu ini.
Biarlah diambil sedikit air,
basuhlah kaki Tuan, dan duduklah beristirahat di bawah pohon ini;
biarlah hamba mengambil sepotong roti,
agar Tuan-Tuan segar kembali.
Kemudian bolehlah Tuan-Tuan melanjutkan perjalanan.
Sebab Tuan-Tuan telah datang ke tempat hambamu ini.”
Jawab mereka, “Buatlah seperti yang engkau katakan.”
Abraham segera pergi ke kemah mendapatkan Sara serta berkata,
“Segeralah! Ambil tiga sukat tepung yang terbaik!
Remaslah itu dan buatlah roti bundar!”
Lalu Abraham berlari ke lembu sapinya,
mengambil seekor anak lembu yang empuk dan baik dagingnya,
dan memberikannya kepada seorang bujangnya
yang segera mengolahnya.
Kemudian Abraham mengambil dadih, susu dan anak lembu yang telah diolah itu,
lalu dihidangkannya kepada mereka.
Abraham sendiri berdiri dekat mereka di bawah pohon itu,
sementara mereka makan.
Sesudah makan, bertanyalah mereka kepada Abraham,
“Di manakah Sara, isterimu?”
Jawab Abraham, “Di sana, di dalam kemah.”
Maka berkatalah Ia,
“Sesungguhnya Aku akan kembali tahun depan mendapatkan engkau.
Pada waktu itulah
Sara, isterimu, akan mempunyai seorang anak laki-laki.”
Saat itu Sara mendengarkan pada pintu kemah di belakang-Nya.
Adapun Abraham dan Sara telah tua dan lanjut umurnya
dan Sara telah mati haid.
Maka tertawalah Sara dalam hati, katanya,
“Akan berahikah aku, setelah aku sudah layu,
sedangkan tuanku pun sudah tua?”
Lalu bersabdalah Tuhan kepada Abraham,
“Mengapakah Sara tertawa dan berkata,
‘Sungguhkah aku akan melahirkan anak,
padahal aku sudah tua?’
Adakah sesuatu yang mustahil bagi Tuhan?
Pada waktu yang telah ditetapkan itu, tahun depan,
Aku akan kembali mendapatkan dikau.
Pada waktu itulah Sara mempunyai seorang anak laki-laki.”
Tetapi Sara menyangkal, katanya, “Aku tidak tertawa,”
sebab ia takut.
Tetapi Tuhan bersabda, “Tidak! Memang engkau tertawa!”
Demikianlah sabda Tuhan.
Tema renungan kita pada hari ini ialah: Harga Sebuah Keramahtamahan. Keramahtamahan merupakan bagian dari sopan santun yang lebih berurusan dengan hal-hal tentang menyambut dan melayani sahabat, kenalan atau tamu yang datang kepada kita. Mereka mengalami keramahtamahan itu dan mengetahui bahwa mereka sungguh dihargai. Banyak kisah di dalam kitab suci menunjukkan orang saling berkunjung dan keramahtamahan menjadi kebaikan yang ditonjolkan.
Sikap yang ramah tidak bergantung pada siapa tamu yang datang, tak peduli dia orang penting, kaya dan pandai, atau orang biasa, miskin dan bodoh. Sikap ini sangat bergantung pada kerelaan dan kemauan baik tuan rumah. Abraham menganggap bahwa penyambutan orang-orang asing yang tak dikenalnya merupakan sebuah rahmat. Ia mengajak mereka masuk dan menyiapkan santapan terbaik bagi mereka. Demikian juga Yesus menyambut Centurion atau seorang perwira yang tidak beriman. Ia membuat orang asing itu merasa terhormat dan percaya akan kebaikan Tuhan.
Keramahtamahan yang diberikan dalam kebaikan dan cinta kasih, berbuah juga di dalam kasih. Orang yang dilayani mendapatkan status baru yaitu menjadi bagian dari hidup pihak penyambut dan persahabatan menjadi kuat. Tetapi lebih dari itu ialah pahala yang datang dari Tuhan sungguh menjadi sesuatu yang tak terduga. Tuhan membalas dengan memberikan keturunan bagi Abraham dan Sarah, anak yang diberkati oleh Tuhan. Penyembuhan atas hamba perwira itu dibalas dengan iman yang tumbuh dari orang yang belum beriman tersebut.
Pernah ada pertemuan di kantor paroki untuk pembentukan panitia dalam rencana menyambut sejumlah tamu mahasiswa teologi dan beberapa biarawan-biarawati. Mereka akan mengadakan suatu pembelajaran dalam pengelolaan sebuah paroki. Rapat itu sempat mengalami ketegangan karena sebagian anggota dewan paroki menyampaikan sejumlah keberatan dan kesulitan untuk menyambut tamu. Giliran Pastor Paroki menanggapi hal ini, ia berkata: “Jika keramahtamahan disertai dengan keluhan, keberatan atau ungkapan penerimaan setengah hati, lebih baik tidak usah ada penyambutan. Kegiatan itu lebih baik dibatalkan saja. Karena kalau dipaksa untuk dilaksanakan, keramahtamahan itu kehilangan nilainya. Tidak akan terjadi keramahtamahan yang manis, tetapi suatu penyambutan yang pahit.”
Memang benar, keramahtamahan itu tidak boleh diberikan disertai keluhan, keberatan atau setengah hati. Biarlah itu diberikan secara baik dan lancar seperti air mengalir di saluran yang tidak terbendung.
Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa… Ya Tuhan Yesus Kristus, Engkau mengajarkan supaya kami dapat menyambut dan melayani tamu kami dalam semangat kasih. Kami mohon semoga kami diperkayai dengan sikap ramah dan penuh kasih, sehingga kami dapat berbagi cinta-Mu dengan iklas. Bapa kami… Dalam nama Bapa…