Akibat perubahan iklim yang ekstrem saat ini, kepulauan Fiji di daerah Mikronesia mengalami ancaman yang menakutkan. Menurut media setempat dan media online Vatikan Zenit.org pada hari Senin 27 Agustus, Uskup Agung di dioses Suva yang terletak ke pulau terbesar Kepulauan Fiji, Mgr. Peter Loy Chong memberikan peringatan bahwa pulau terbesar itu sedang menuju kepada nasibnya menghilang atau tenggelam. Hal ini dikarenakan iklim yang ganas dengan ditandai naiknya permukaan air laut. Menurut Uskup Agung Peter, yang sangat mendesak untuk diperhatikan ialah upaya baik oleh Gereja maupun pemerintah negara untuk menjamin bahwa kelangsungan hidup penduduk dan umat terus terjamin. Sang Gembala mencatat bahwa pengrusakan lingkungan hidup seperti pembabatan hutan secara tidak bertanggung jawab dan polusi sungai sangat jelas menambah ketakutan semua orang akan hilangnya pulau tempat tinggal penduduk. Ia memprediksi, kalau sekitar 600 ribu penduduk pulau itu mesti dalam perhitungan untuk di-relokasi jika memang tuntutannya sudah sangat mendesak. Peringatan Uskup Peter ini disampaikan pada kesempatan peringatan ulang tahun ke-3 ensiklik Paus Fransiskus – Laudato Si.
Tahun-tahun terakhir negara Siria dalam situasi perang dan menebarkan teror bagi para warganya. Banyak yang harus mengungsi dari satu tempat ke tempat lain, bahkan meninggalkan negerinya. Seperti yang diberitakan Zenit.org hari Selasa 28 Agustus, Arax Boghos 18 tahun, seorang gadis remaja asal Siria dari Gereja Katolik Ortodoks Armenia, yang baru saja tamat SMA di Aleppo, kota terbesar kedua Siria, mengatakan bahwa membangun kembali Siria sesungguhnya ada di tangan kaum muda. Harapan itu muncul di dalam dirinya karena pihaknya melihat telah ada perubahan dari keadaan yang sangat darurat selama tujuh tahun dalam suasana perang. Perang melawan ISIS telah menjadikan Aleppo amat tidak kondusif sehingga memaksa Ayahnya harus bekerja di kota lain yang sangat jauh. Ia bersama ibu dan adiknya tidak bisa bertemu sang ayah karena masalah keamanan. Kini ayahnya bisa datang sekali sebulan untuk mengunjungi mereka. Sekelumit perubahan di dalam keluarga ini membuat Arax bermimpi bahwa negara Siria mulai melihat perubahan.
Media CNA (Catholic News Agency) dan EWTN (Eternal Word Television Network) mengabarkan pada hari Kamis 30 Agustus bahwa negara dan pemerintah Korea Selatan menolak praktek aborsi. Lembaga legislator negara itu pada awal bulan ini menetapkan di dalam hukum penyelenggaraan negara satu pasal perundang-undangan yang dengan lugas menyatakan bahwa aborsi merupakan satu dari daftar tindakan-tindakan medis yang tidak bermoral. Peraturan ini memberikan efek pada penindakan hukum yang tegas kepada para profesional medis dan pasien yang terindikasi merencanakan dan melakukan praktek aborsi, yang secara umum sudah menjadi praktek ilegal. Selanjutnya dilaporkan bahwa setiap tahun ada sekitar 340 ribu praktek aborsi ilegal. Penegasan sikap negara ini nampaknya menjawab sikap penolakan praktek aborsi yang selama ini sangat keras dilawan oleh Gereja Katolik. Kardinal Andrew Yeom Soo-jung, Uskup Agung Seoul, pada hari Kamis 30 Agustus, mengatakan bahwa aborsi sangat jelas mempertahankan kultur kematian bagi negara dan karena itu harus dihentikan.