Renungan hari Jumat, 15 November 2024.
Sobat muda sekalian,
Tentu banyak di antara kita yang tidak asing dengan trilogi The Lord of the Rings (2001, 2002, 2003), film fantasi yang sangat memukau. Frodo, sang protagonis memiliki misi untuk menghancurkan cincin ajaib yang kalau disalah gunakan, bisa menghancurkan kehidupan banyak orang. Kita melihat bahwa banyak kali, Frodo terhasut untuk menguasai cincin tersebut dan tidak mau menghancurkannya. Cincin tersebut bisa menjebak pemiliknya, bahwa dengan menggunakannya ia bisa menjadi tak terkalahkan.
Dalam hidup, kita memiliki banyak sekali rutinitas yang menuntut kita untuk bekerja keras dan terkadang kita merasa bahwa kita diperbudak oleh rutinitas tersebut. Di sisi lain, kita bisa saja terjebak dalam ‘rutinitas’ tersebut tanpa menyadarinya. Kita bekerja keras pagi hingga malam, belajar dan menyelesaikan skripsi yang tak kunjung berakhir, mencari dan mengejar dosen pembimbing ke sana kemari tetapi hasilnya tidak pernah memuaskan. Kita berusaha lagi dan lagi, pagi hingga malam, melaksanakan rutinitas yang sama, berkutat pada hal-hal yang sama.
Dalam lingkaran “cincin” rutinitas ini, kita butuh sesuatu yang dapat menghancurkannya, kita butuh Cahaya yang membantu kita keluar dari jebakan lingkaran setan yang memperbudak kita.
Dalam rutinitas yang kelihatannya itu-itu saja, Yesus selalu hadir, berdiri dan menopang kita. Hanya saja, seringkali kita tidak mampu merasakan kehadiran-Nya, tidak mampu merasakan sentuhan kasih tangan-Nya, karena kita terlalu cemas dengan diri kita sendiri. Kita butuh membuka ruang hati agar Yesus masuk dan membuka jalan yang baik bagi kita, karena Dialah satu-satunya yang dapat menghancurkan cincin rutinitas kita yang sia-sia menjadi berkat yang melimpah.
Ada sebuah kalimat menarik dari Don Bosco: “Tuhan melihatmu”. Kalimat ini menunjukkan bahwa Tuhan selalu hadir bersama kita, pertama-tama bukan sebagai petugas yang mau memata-matai tetapi sebagai teman yang mau mendengarkan, yang mau menopang dan yang mau menolong. Kita harus pro-aktif, bekerja sama dengan Tuhan, memberikan Dia tempat dalam diri kita agar Dialah yang menerangi rencana dan usaha kita.
By: Diakon Mikael. SDB.