Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Kamis pakan biasa ke-33, 21 November 2019; peringatan Santa Maria dipersembahkan kepada Allah. 1 Makabe 2, 15-29; Lukas 19, 41-44. Suara: frater David sdb (bacaan) and pastor Peter sdb (renungan)
Renungan pada hari ini bertema: Tuhan Menangis. Pada hari ini seluruh Gereja memperingati Santa Perawan Maria dipersembahkan kepada Allah. Peristiwa ini tidak kita temukan di dalam kitab suci, tetapi merupakan salah satu bagian dari warisan sejarah suci Gereja. Maria kecil yang dipersembahkan di rumah Allah yang suci, merupakan kelanjutan karunia khusus dikandung tanpa noda dosa.
Umat Gereja sejak awal mempunyai keyakinan kalau rahim ibunda yang mengandung Maria adalah suci. Terlahir suci, Maria mesti memasuki rahim persekutuan umat Allah, yang ditandai oleh rumah Allah yang maha kuasa. Maria lalu menjalani sebuah kehidupan penuh dengan rahmat Allah, sampai menerima kabar suka cita, dan mengambil peran amat penting dalam hidup Yesus Kristus.
Rumah tempat Maria dipersembahkan adalah tempat Tuhan berdiam. Namun Yesus Kristus yang adalah Tuhan, menguduskan setiap tempat yang Ia masuki dan kunjungi. Bait suci itu tidak lagi hanya berpusat di satu tempat saja, tetapi berada di dalam Yesus Kristus yang bergerak, berjalan dan menjangkau setiap rumah dan diri orang-orang yang menyambut-Nya. Yesus membawa bait suci diri-Nya sendiri untuk menguduskan semua yang didatangi atau dijumpai.
Pemujaan dan pemurnian rumah Allah dengan jelas ditunjukkan oleh Matatias dan anak-anaknya yang beriman Yahudi, dalam bacaan pertama hari ini. Raja Antiochus Epifanes memaksakan orang Yahudi untuk meninggalkan penyembahannya kepada Tuhan Allah, dan mengikuti penyembahan berhala orang kafir. Matatias bersama kelompoknya melawan dengan keras dan menantang orang-orang beriman lainnya, bahwa mengikuti keinginan raja berarti hancur, sedangkan mengikuti Tuhan Allah berarti selamat.
Yesus sendiri jatuh kasihan dan menjadi sedih sekali dengan tempat suci, rumah Tuhan di Yerusalem yang penuh dengan noda dosa karena ulah para pemuka agama dan umat yang tidak beriman dengan benar dan tulus. Akibat penodaan itu, rumah itu akan hancur rata dengan tanah. Sebenarnya Tuhan sedang meramalkan bahwa kerajaan dunia ini yang diwakili oleh Yerusalem yang amat megah, pada saatnya akan hancur. Hal ini terjadi sekitar pada tahun 71 Masehi, Yerusalem sungguh hancur oleh bangsa penjajah, yaitu bangsa Romawi.
Selanjutnya dalam perjalanan waktu dan sampai detik ini, Yerusalem yang duniawi itu tidak pernah hidup di dalam damai dan memberikan suka cita. Gambaran ini amat cocok disamakan dengan diri setiap orang beriman yang ditimpa dosa dan kedurhakaan. Kehancuran dan kebinasaan akan segera datang. Tuhan menangisi keadaan kita yang penuh dengan dosa. Seharusnya kita sadari itu dan kita harus segera berbalik kepada Tuhan dan menjadi anak-anak-Nya.
Marilah kita berdoa. Dalam nama… Ya Allah, terimalah pengakuan diri kami yang kurang setia kepada-Mu dan ampunilah dosa-dosa kami. Kemuliaan… Dalam…