Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Rabu pakan biasa ke-33, 20 November 2019. 2 Makabe 7, 1. 20-31; Lukas 19, 11-28. Voice: frater David sdb (bacaan) dan pastor Ambros sdb (renungan)
Tema renungan kita ini ialah: Satu Cara Untuk Kalahkan Terorisme. Di dalam satu grup wa orang-orang muda, ada satu diskusi menarik tentang kejahatan-kejahatan terhadap anggota-anggota Gereja. Ada Uskup, imam dan biarawan yang dibunuh. Ada orang awam, keluarga, orang muda atau anak-anak yang dianiaya, hanya karena mereka beriman Kristen dan sebagai orang Katolik.
Secara umum diskusi itu mengungkapkan perasaan takut, waspada dan geram terhadap kejahatan-kejahatan tersebut. Namun akhirnya para orang muda tersebut memiliki kesepakatan bahwa kejahatan tersebut pada dasarnya terjadi pada Yesus Kristus dengan penderitaan salib-Nya yang sangat memalukan. Yesus sendiri janjikan kepada para pengikut-Nya, kita semua anggota Gereja, bahwa kejahatan dan penderitaan yang sama akan kita hadapi. Singkatnya, Gereja yang mengalami nasib sebagai martir adalah bagian dari perjalanan iman kita.
Dalam banyak peristiwa, perlakuan keji terhadap para martir dan anggota Gereja di mana pun sampai saat ini dapat digolongkan sebagai terorisme. Bacaan pertama hari ini dari kitab kedua Makabe menggambarkan kebrutalan terorisme itu. Raja Antiokus dan orang-orangnya membantai tujuh bersaudara Yahudi: menguliti kepala, memenggal tubuh, menggoreng mereka satu demi satu, sambil anak lelaki lain dan ibu mereka dipaksa menyaksikannya. Sang ibu dipaksa supaya membujuk anak-anak yang masih hidup untuk meninggalkan iman kepada Tuhan, atau menghilangkan tradisi suci nenek moyang.
Tetapi aksi melawan balik dengan terorisme rohani dari iman yang kuat kepada Tuhan dan tradisi suci ternyata lebih kuat. Anak-anak yang dibujuk itu menang demi Tuhan meski mereka harus dibunuh juga sebagai martir. Akhirnya sang bunda juga ikut dibunuh martir. Iman keluarga itu begitu kuat sehingga dapat mengalahkan teroris. Sampai dengan saat ini, satu-satunya cara yang Gereja pakai untuk melawan teroris ialah bertahan dalam iman diancam mati sekalipun.
Pengalaman kemartiran di atas cukup buat kita untuk mengindahkan iman dan kehidupan rohani kita. Kita bangga dan gembira sebagai anggota Gereja yang sudah dibesarkan dan dikuatkan oleh para martir. Kita mungkin tidak mengalami perlakukan keji seperti mereka. Tetapi tantangan besar kita yaitu mempertahankan iman ini. Caranya ialah mempertanggungjawabkan itu secara benar dan berdampak indah. Para hamba yang memperbanyak talenta berlipat-lipat dapat menjadi contoh bagi kita untuk beriman yang bertanggung jawab. Dengan mempertanggungjawabkan iman di bumi, kita akan dengan mudah mempertanggungjawabkan iman di akhirat nanti.
Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa… Bapa yang murah hati, perkuatkanlah kami untuk dapat menolak rasa takut, mudah putus asa dan cepat menyerah, tetapi menyanggupi kuasa Roh Kudus untuk menjadikan kami anak-anak-Mu yang bertanggung jawab. Bapa kami… Dalam nama Bapa…