Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Jumat pekan biasa ke-18, 9 Agustus 2019. Ulangan 4, 32-40; Matius 16, 24-28. Suara: frater David sdb (bacaan) dan diakon Igan sdb (renungan)
Renungan kita pada hari ini ini bertema: Penyangkalan Diri. Pertukaran barang di zaman dahulu dengan sistem barter, terjadi misalnya pisang dibawah dari gunung ditukar dengan ikan dari pantai. Zaman telah berubah dan sistem pertukaran ikut berubah, sehingga istilahnya bukan lagi tukar menukar barang, tetapi membeli barang. Kita memakai uang untuk “menukar”nya dengan barang yang ada di toko.
Apakah hidup seseorang bisa ditukar atau dibeli mengikuti cara seperti ini? Seseorang bawa dirinya ke seorang pemegang uang, lalu ia diambil oleh orang kaya tersebut dan sejumlah uang berpindah tangan ke keluarga orang tersebut. Mungkin bisa terjadi saat ini, namun kejadian itu dapat digolongkan sebagai seuatu tindakan tidak normal bahkan mungkin kriminalitas.
Pertukaran jenis ini terjadi dalam konteks pasar dan perdagangan. Tuhan Yesus mengajarkan satu jenis pertukaran hidup, tetapi tidak sebagai sebuah perdagangan. Ia menghadirkan sebuah gaya hidup baru demi meraih keselamatan jiwa dan raga bagi umat manusia. Kepada mereka yang memilih untuk mengikuti-Nya, syarat utamanya ialah melakukan sebuah pertukaran hidup: pribadi dan semangat hidupnya.
Gaya dan semangat duniawi yang membuat kita mementingkan diri kita saja dan hidup dalam kegampangan serta bermental dilayani, ditukar dengan gaya hidup baru dari Yesus ialah penyangkalan diri dengan tanda utama ialah memanggul salib. Ini melengkapi apa yang sudah dilakukan oleh Tuhan, yaitu membeli kita dari dunia ini dengan harga mahal sekali. Kita dijadikan milik-Nya ditandai dengan pembaptisan dan masuknya kita ke dalam Gereja. Jadi kita mengalami suatu pertukaran hidup yang mencakup kepemilikan Tuhan atas diri kita dan gaya hidup dunia ini ditukar dengan gayanya Yesus Kristus berupa penyangkalan diri dan memanggul salib.
Ini bukan berarti dunia, budaya dan hidup sosial tidak lagi meng-klaim kita sebagai miliknya, atau sebaliknya kita sendiri kehilangan status di dunia ini. Kita nyatanya masih mengalami dan memiliki itu semua, tetapi diri kita ini telah bertukar kualitasnya dengan lebih tinggi, yaitu sebagai para pengikut Kritsus. Status ini sudah kita miliki dan tiap saat kita mengalami betapa berartinya kita. Buktinya kita berjanji untuk setia kepada Tuhan dalam kata dan perbuatan kita. Ini yang Musa ingatkan supaya kita tidak oleh melupakan status yang amat penting ini.
Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa… Di dalam kuasa dan rahmat-Mu, ya Bapa, kami ingin menguduskan diri kami melalui perkataan dan perbuatan kami dengan tetap berada di bawah bimbingan Roh-Mu. Semoga semangat penyangkalan diri yang diajarkan Putera-Mu Yesus Kristus senantiasa selalu bertumbuh kuat di dalam diri kami. Salam Maria… Dalam nama Bapa…