Renungan hari Kamis, 5 Desember 2024; Memorial Beato Philip Rinaldi.
Teman-teman muda yang terkasih dalam Kristus! Berkah Dalem!
Salah satu hal yang saya kagumi dari Yesus yakni metode pengajaran-Nya kepada para murid-Nya dan orang banyak yakni menggunakan perumpamaan. Sering kita jumpai dalam Kitab Suci, Yesus memberikan perumpamaan ketika Ia mengajarkan sesuatu kepada para pendengar-Nya. Tuhan Yesus menggunakan perumpamaan untuk menggambarkan kedalaman dan kebenaran Ilahi. Diharapkan bahwa dengan perumpamaan yang diberikan, para pendengar-Nya akan lebih mengerti maksud dari pengajaran Yesus sendiri. Kisah-kisah seperti ini mudah diingat, mempertegas, dan mengandung simbol yang penuh makna. Dalam konteks Yudaisme, menggunakan perumpamaan merupakan bentuk umum untuk mengajar.
Dalam bacaan Injil hari ini, Tuhan memberikan perumpamaan tentang orang yang bijaksana dan yang tidak bijaksana (bodoh) sebagai gambaran orang yang mendengarkan Sabda-Nya dan melakukannya dan yang mendengarkan sabda-Nya tetapi tidak melakukannya. Tuhan Yesus mengajak kita lewat perumpamaan ini bahwa mendengarkan dan menghidupkan Sabda-Nya merupakan hal yang sangat mendasar dalam kehidupan iman kita. Ketaatan pada perkataan Yesus harus menjadi dasar atau landasan hidup dan panggilan kita.
Setiap orang yang mendengarkan perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. (Mat. 7:24).
Setiap orang suatu saat nanti akan berhadapan langsung dengan Yesus dan ketika saat itu tiba, Ia akan mengecek apakah kita telah menerapkan dan menghidupkan Sabda-Nya atau kita hanya sekedar mendengar tetapi gagal untuk menhidupi Sabda-Nya. Ada pepatah dalam Amsal yang mengatakan begini, “Rumah orang benar berdiri kokoh” dan “rumah orang fasik akan dibinasakan”. Pepatah ini memperkuat pesan dari perumpamaan tersebut bahwa orang bijak adalah orang yang setelah mendengarkan Sabda Tuhan dan kemudian dia hidupi lewat karya dan pelayanannya. Sedangkan orang bodoh adalah mereka yang hanya sekedar medengar Sabda Tuhan tetapi tidak melakukan apa yang telah disampaikan oleh Yesus lewat Sabda-Nya.
Suatu ketika, St. Dominikus Savio bertanya kepada Don Bosco tentang apa yang harus ia lakukan untuk hidup suci? Alih-alih menjawab: berpuasa atau praktek mati raga yang berat, Don Bosco justru mengatakan bahwa untuk menjadi kudus,seseorang harus mendengarkan nasehat orang tuanya dan menaati ajaran Gereja.
Tuhan memberkatimu dan keluargamu!
By: P. Sevrin, SDB