Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Sabtu pekan biasa ke-18, 10 Agustus 2019; pesta Santo Laurensius, diakon dan martir. 2Korintus 9, 6-10; Yohanes 12, 24-26. Suara: frater David sdb (bacaan) dan pastor Andang sdb (renungan)
Tema renungan kita pada hari ini ialah: Melayani Seperti Tuhan. Hari ini Gereja merayakan pesta Santo Laurensius, seorang diakon di Roma. Ia dibunuh oleh Emperor Valerianus pada abad ke-3. Laurensius dipenjarakan sementara dan menunggu waktu eksekusi. Ia dianggap menyimpan semua harta kekayaan Gereja peninggalan Paus Sikstus II yang sudah lebih dahulu dibunuh empat hari sebelumnya. Pada hari eksekusi Laurensius diperintahkan untuk membawa serta semua harta kekayaan untuk diserahkan. Ia menuju tempat eksekusi diikuti oleh banyak orang sakit, lumpuh, miskin, terlantar yang setiap hari ia perhatikan. Mereka semua adalah harta kekayaan yang dia miliki selama hidupnya.
Santo Laurensius sungguh memberikan semua dalam hidupnya untuk melayani orang kecil dan sakit, dan ini berarti memenuhi kesukaan dan kehendak Tuhan. Ia bersuka hati menjalankan pekerjaan yang dilakukan Tuhan sendiri. Saat eksekusi, ia hadirkan kesukaannya di dunia yaitu hidup bersama orang-orang kecil dan sakit. Jadi ia rela dan senang menerima hukuman mati atas dirinya karena setelah kematiannya itu akan tumbuh subur sebuah semangat untuk melayani di antara orang-orang yang telah mengalami kasih Tuhan.
Pelayanan seperti Tuhan selalu menempatkan fokusnya pada manusia yang membutuhkan dan yang menerimanya. Bukan sebaliknya pada benda dan materi berdasarkan jumlah atau harganya. Kalau fokus perhatian kepada orang, tergantung keadaan dan kebutuhannya, dengan sendirinya materi atau barang-barang akan diikutsertakan untuk memenuhinya. Fokus kepada manusia jauh lebih luas dan mendalam karena perhitungannya mencakup aspek-aspek lain yang bukan materi seperti nasihat, kedekatan, relasi, psikologis, kebudayaan dan lain sebagainya. Sering terjadi kalau bagian-bagian non material ini dapat diberikan dengan baik, yang material justeru tak diperlukan lagi.
Jika pelayanan kita mengutamakan pribadi manusia entah pribadi atau kelompok, nilai kesukaannya selalu berupa kepuasan rohani. Orang yang melayani menjadi gembira dan suka hati karena menghadirkan kebaikan bagi sesamanya. Ia diliputi suasana hati dan pikiran damai dan bersuka cita. Orang yang dilayani juga gembira dan bersuka hati karena telah dibantu untuk bisa keluar dari kesulitan hidup. Ia diliputi suasana hati dan pikiran penuh syukur dan bangga. Tuhan menyelenggarakan dengan bimbingan dan penyertaan-Nya sehingga relasi saling memberikan perhatian ini terjadi. Maka Tuhan berkenan dan memberkati mereka. Berkat Tuhan yang paling tinggi bagi mereka ialah tersedianya kehidupan bahagia yang abadi di surga bagi mereka.
Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa… Ya Allah maha kuasa, Putera-Mu Yesus Kristus mengajarkan kami untuk saling melayani, maka kuatkanlah kami selalu dengan Roh-Mu untuk mewujudkan ini di dalam setiap saat hidup kami. Bapa kami yang ada di surga… Dalam nama Bapa…