Ribuan petani Desa Wae Sano di Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi NTT bersatu untuk menolak rencana pemeritah untuk membangun pembangkit Listrik Geothermal yang terletak di dekat desa mereka. Warga yang semuanya anggota Gereja Katolik tersebut juga meminta Gereja Katolik supaya ikut menyuarakan aspirasi mereka, karena diyakini proyek itu sangat merusak lingkungan hidup mereka.
Media UCAN IndonesiaNews Indonesia melaporkan pada hari Jumat 22 Februari, bahwa warga desa ini sudah bertemu pada hari Senin 18 Februari untuk memperteguh pendirian mereka dalam sebuah seremoni adat. Intinya adalah mereka meminta dengan tegas supaya usaha pengeboran yang sudah berjalan itu segera dihentikan. Sejak proyek yang didanai Pemeritah Pusat dan Bank Dunia itu pertama kali berjalan 1-2 tahun yang lalu, advokasi Gereja Katolik dan desakan masyarakat sipil tertutama kepada Pemeritah Daerah supaya proyek itu dihentikan dahulu.
Pemeritah harus mendengarkan juga aspirasi masyarakat tempat proyek itu beroperasi. Sampai saat ini, proyek itu tetap dijalankan, meski tetap ada protes dan penolakan dari masyarakat setempat.
Keuskupan Agung Jakarta adalah wilayah Gereja Lokal, tempat gerakan sosial ASAK dimulai dan tumbuh. ASAK merupakan singkatan dari Ayo Sekolah Ayo Kuliah. Ini merupakan bentuk pelayanan sosial di dalam paroki-paroki se-Keuskupan Agung Jakarta untuk menyantuni anak-anak, siswa-siswi, dan mahasiswa dari keluarga yang kurang mampu, supaya mereka dapat menyelesaikan pendidikannya.
Media UCANews Indonesia menulis pada Selasa 19 Februari tentang gagasan awal ASAK ini dan jumlah terakhir para peserta didik yang menerima bantuan pendidikan. Seorang awam katolik dari paroki Santo Thomas Bojong Indah – Jakarta Barat, Yanto Jayadi Wibisono, memulai gerakan ini di parokinya pada tahun 2006. Pastor dan Dewan Paroki mendukung gerakan ini, dengan sasaran bantuan dana pendidikan bagi para murid dan siswa di parokinya.
Tahap berikutnya ialah menyertakan para mahasiwa. Hingga pada saat ini, ada 61 paroki dan dua stasi di Keuskupan Agung Jakarta melaksanakan program ASAK, dengan sumber dananya terkumpul dari umat dan para donatur. Saat ini program Ayo Sekolah membantu 4.952 murid dan siswa, 905 mahasiswa, dan 61 orang seminaris.
Beberapa Keuskupan di Indonesia sudah mempersiapkan diri untuk meluncurkan program ini di keuskupannya.
Kepedulian akan suatu pengadilan yang berintegritas, benar dan adil disuarakan oleh Gereja Katolik Keuskupan Pangkal Pinang, melalui Komisi Keadilan, Perdamaian dan Pastoral Migran-Perantau (KKPPM). Media UCANews Indonesia menulis pada hari Senin 11 Februari, bahwa Komisi ini ikut serta dalam aksi damai berbagai elemen masyarakat sipil di depan Kantor Pengadilan Negeri Batam, Provinsi Kepulauan Riau.
Mereka membungkam mulut mereka dengan lakban hitam lalu mendesak supaya pengadilan mengedepankan integritas yang jujur, adil, profesional dan menggunakan hati nurani dalam setiap upaya penegakan hukum dan putusan perkara pendagangan manusia. Selain itu mereka juga menuntut supaya pihak-pihak yang berwewenang dalam penegakan hukum harus menghindari semua praktek korupsi, kolusi dan nepotisme dalam segala bentuknya.
Aksi damai tersebut untuk merespons penegakan hukum bagi para pejahat perdagangan manusia yang cenderung sangat ringan dan tidak memberikan rasa keadilan dan kemanusiaan bagi para korban.