Renungan, 27 November 2024.
Sahabat muda yang terkasih,
Kamu pilih percaya mana, seorang pakar atau seorang penjual obat? Percaya mana, mereka yang memberikan bukti atau mereka yang hanya menebar janji manis? Mana yang lebih meyakinkan, mereka yang berhasil bertahan dalam pertempuran atau mereka yang hanya bermodalkan teori? Kita tentu akan cenderung pada mereka yang sudah membuktikan perkataannya kendati dikepung kesulitan. Dalam Injil Lukas 21:12-19, Yesus mengingatkan para murid-Nya bahwa mereka akan menghadapi berbagai tantangan dan penganiayaan demi iman mereka. Yesus juga menegaskan bahwa di tengah segala kesulitan itu, Roh Kudus akan membimbing mereka dan memberikan kekuatan untuk bersaksi.
Pertanyaan selanjutnya: Dalam menghidupi iman, kamu tipe yang hanya berjanji setia pada Yesus atau yang tekun bersaksi bahwa Tuhan itu maha pengasih? Sejak awal Tuhan Yesus sudah mewanti-wanti bahwa menghidupi iman kristiani itu butuh ketekunan dan sikap tahan banting. Hari-hari ini, kemajuan teknologi dan ketergantungan pada media sosial bisa menjadi gangguan yang menjauhkan kita dari relasi yang mendalam dengan Tuhan dan sesama. Banyak dari kita yang hobi posting-kata-kata bijak, namun enggan menghidupinya. Iman hanya sebatas media sosial, tanpa praktek nyata. Ada juga yang bahkan takut m=untuk menunjukkan imannya di media sosial. Bacaan hari ini mengundang kita untuk berani bersaksi.
Tuhan Yesus berpesan agar para murid tidak merasa takut ketika dihadapkan dengan ujian, sebab kesulitan yang mereka alami akan menjadi kesempatan bagi mereka untuk bersaksi.
Kendati menghidupi iman kristiani itu tidak mudah, tapi harapan harus selalu ada karena Tuhan tidak meninggalkan kita sendirian dan mereka yang tetap bertahan akan memperoleh hidup yang kekal. Don Bosco mengingatkan kita bahwa, “Di tengah kesibukan dan hiruk-pikuk, hatimu harus selalu menemukan jalan untuk tetap dekat dengan Tuhan.” Jika kita berjalan bersama Tuhan, semua usaha-usaha baik kita tidak akan menjadi sia-sia. Bersama Tuhan, kita akan berhasil dalam usaha untuk hidup otentik dan tidak terjebak dalam pencitraan semu, melainkan berani menjadi pribadi yang sejati. Yang kata dan perbuatannya menunjukkkan iman dan komitmen untuk hidup jujur dan suci.
By: Bruder Bojes, SDB
Tuhan memberkati, semoga renungan ini manjadi pedoman bagi kita manusia yg berumat katolik,,