Don Bosco, Sang Pendengar aktif

 

Dari sebuah kisah hidup Don Bosco…

Ketika menjelang Novena Maria dikandung tanpa noda, Dominikus Savio datang kepada Don Bosco (baca: bosko) dan inilah percakapan yang terjadi di antara kedua orang kudus itu:

Dominikus memulai, “Don Bosco, saya yakin bahwa Bunda Maria akan memberikan rahmat yang besar kepada mereka yang melakukan novena ini dengan baik.”

“Bagus sekali!” Don Bosco menanggapi. “Apakah engkau memiliki intensi khusus selama novena ini?

Dominik lalu melanjutkan, “Saya ingin melakukan banyak hal: Pertama-tama, saya ingin membuat pengakuan dosa secara menyeluruh. Kemudian saya ingin melaksanakan sesempurna mungkin “Florinhas” (persembahan bunga mawar dalam bentuk perbuatan baik tertentu) yang engkau usulkan setiap hari. Saya ingin menerima Komuni Kudus yang akan membantu saya sepanjang hari untuk hidup benar.” Ada moment hening sejenak sebelum ia sadar Don Bosco masih ingin mendengar penjelasannya.

Don Bosco bertanya, “apakah kamu tidak menginginkan hal yang lain sebagai hadiah ketekunanmu berdoa?”

Savio menjawab, “ya masih ada! saya ingin melakukan pertempuran sengit melawan dosa berat! Saya akan berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Santa Perawan Maria agar mendampingi saya sehingga boleh mati tanpa melakukan dosa apapun. Sehingga jika ada godaan yang datang, saya lebih memilih mati daripada melakukan dosa!”

***

Ketika Don Bosco menceritakan hal ini kepada anak-anak dan Salesian yang lain, ia menerangkan bahwa dialog tersebut berlangsung dalam tempo yang lambat dan lama.

Kenyataan bahwa percakapan singkat itu terjadi dalam waktu yang tidak sebentar menunjukkan bahwa Don Bosco memiliki sebuah karakter dan kemampuan yang unik, yaitu seni mendengarkan. Sebagai seorang pendidik, ia memiliki kemampuan yang luar biasa untuk mendengarkan semua orang dan terutama anak-anak muda di oratorium.

Dalam manualnya kepada para pendidik Don Bosco menegaskan sistem pencegahan–Sistem Preventif–sebagai ciri utama pendidikannya. Dan salah satu gambaran nyata dari sistem ini adalah dengan:

membiarkan para siswa merasa bebas untuk mengekspresikan pikiran mereka…sebab ketika pendamping banyak bicara, mereka akan sedikit bicara.

Seni mendengarkan adalah skill yang langka. Tidak bisa diimprovisasi, harus dilatih dan dipraktikkan. Tidak hanya untuk para pendidik, tetapi anak muda juga perlu diajarkan kemampuan ini sejak usia dini. Beberapa penelitian serius telah menunjukkan melalui data bahwa komunikasi verbal kehilangan 75 persen isinya, ketika ditujukan kepada sekelompok pendengar. Artinya, kemampuan kita untuk mendengarkan hanya 25 persen. Ini juga berarti bahwa kita biasanya mendengarkan hanya dengan seperempat telinga. 

Zeno, seorang filsuf Yunani kuno, mengatakan bahwa manusia diberi dua telinga dan hanya satu lidah sehingga mereka memahami keutamaan telinga daripada lidah. Ini adalah fakta kehidupan bahwa dalam hubungan kita dengan orang lain, kita dipaksa untuk menghabiskan 40 persen waktu kita untuk mendengarkan dan 30 persen untuk berbicara.

 

Beberapa poin praktis:

* Anda sering memarahi anak-anak muda karena mereka tidak mau mendengarkan? Maka pertama-tama, tunjukkan kepada mereka cara mendengarkan yang baik dan benar. Tunjukkan lewat teladan nyata. Sering-seringlah mendengarkan. Anak muda, hampir selalu merasa bahwa dia harus mendengarkan dan menganggap ini sebagai ketegangan yang tak tertahankan yang melelahkan, gangguan, dan semacam kewajiban yang dipaksakan dari luar, terutama di sekolah. 

* Penting untuk mengajar anak-anak muda untuk menghadapi mereka yang berbicara kepada mereka (guru, pendidik, orang tua atau pimpinan) dengan sikap aktif, bukan pasif atau acuh tak acuh. Anak tidak boleh bersikap seperti tembok yang hanya memantulkan suara atau cahaya. Spon Permeabilitas sudah merupakan sesuatu yang lebih baik karena menyerap air segera setelah terendam, tetapi tidak lebih. Beberapa anak muda seperti ini ketika mereka mendengar seseorang. Idealnya adalah seorang anak muda belajar untuk menjadi seperti sebuah gedung konser yang besar atau piringan hitam dengan kualitas tinggi yang di dalamnya semua suara diperkuat dan diperkaya secara akustik.

* Anak muda harus belajar untuk mendengarkan dengan antusiasme yang selalu diperbarui dan pikiran yang terbuka. Seorang anak muda yang terganggu atau tidak tertarik akan menempatkan dirinya dalam situasi di mana ia tidak akan mendengarkan sama sekali atau setidaknya akan mendengarkan secara tidak menentu.

Ada orang yang menulis tentang Don Bosco: “Saya belum pernah bertemu dengan orang yang seperti Don Bosco yang menunjukkan begitu banyak perhatian kepada mereka yang berbicara dengannya. Dia mendengarkan dengan sabar dan tanpa pamrih dengan kebaikan hati dan perhatian yang terus menerus.”

Sebaliknya, berikut ini adalah pernyataan menyedihkan dari istri seorang produsen mobil Eropa: Suami saya menghabiskan waktunya untuk berbicara tanpa mendengarkan.”

Apakah anda seorang pendengar yang hebat? Berusahalah untuk mendengar!

P. John Laba, SDB

Please Share:

1 Comment

  1. DON BOSCO

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *