Renungan hari Sabtu, 12 April 2025; hari ke-35 masa Pantang dan Puasa.
Selamat berakhir pekan sobat muda yang terkasih…
Hari ini, kita menyelami momen yang mendalam dalam Injil Yohanes, di mana kita menyaksikan akibat dari kebangkitan Lazarus yang ajaib dari kematian. Dalam Yohanes 11:45-56, kita melihat dua reaksi yang kontras terhadap peristiwa yang luar biasa ini: percaya dan takut. Banyak orang Yahudi yang menyaksikan mukjizat itu percaya kepada Yesus, sementara yang lain melaporkan tindakan ini kepada orang Farisi, menimbulkan ketakutan dan bersekongkol melawan-Nya.
Mukjizat yang sama yang membuat sebagian orang beriman mendorong yang lain untuk melindungi status dan kekuasaan mereka.
Dualitas ini bukan sekadar cerita dari masa lalu; ini adalah cerminan dari pilihan yang kita hadapi setiap hari. Kita dapat memilih beriman—percaya pada kebaikan dan kasih Tuhan yang transformatif—atau kita dapat memilih rasa takut—membiarkan kekhawatiran tentang masa depan kita atau pendapat masyarakat mengatur tindakan kita.
Dalam konteks ini, Don Bosco mengingatkan kita bahwa, “Iman itu seperti benih, perlu dirawat agar bisa bertumbuh dengan baik, untuk menjadi baik tidak cukup hanya dengan menghindari hal-hal yang buruk.” Seperti orang-orang Yahudi yang percaya kepada Yesus, kita dipanggil untuk terlibat dengan iman kita secara aktif, bahkan di tengah tantangan.
Namun, saat kita berusaha mengikuti Kristus, kita pasti menghadapi rintangan—seperti ketakutan yang diungkapkan oleh orang-orang Farisi. Mereka takut kehilangan tempat dan kekuasaan mereka, tetapi dengan melakukannya, mereka kehilangan pandangan akan kasih dan tujuan Allah. Almarhum Paus Yohanes Paulus II berkata,
Jangan takut. Bukalah pintu lebar-lebar bagi Kristus.
Ia mendorong kita untuk memeluk iman kita dengan berani dan percaya pada rencana Allah, seperti yang dilakukan oleh mereka yang menyaksikan kebangkitan Lazarus.
Sebagai orang muda, kita mungkin sering merasakan tekanan untuk menyesuaikan diri, untuk mengikuti apa yang orang lain harapkan dari kita. Namun ingatlah, Yesus percaya kepada kepada setiap dari kita—untuk menjadi terang di dunia, mengubah rasa takut menjadi percaya kepada Kristus.
Marilah kita berkomitmen untuk menjadi seperti mereka yang percaya setelah melihat Lazarus bangkit. Marilah kita saling menginspirasi untuk mengubah rasa takut menjadi iman, memeriksa lagi hati kita, menemukan kendala dan hambatan bagi bertumbuhnya iman.
Sebagai penutup, ingatlah: iman bukan sekadar kepercayaan; iman adalah komitmen yang aktif dan berani untuk menjalankan Injil dalam kehidupan kita sehari-hari. Peluklah iman Anda dan biarkan iman itu bersinar terang!
Semoga hati kita terbuka, dan kehidupan kita mencerminkan kasih Kristus di dalam diri kita. Amin.
By: Diakon Franko, SDB