Pembaptisan: asking, receiving and sharing

Bacaan-bacaan dan renungan Sabda Tuhan Hari Minggu Pesta Pembaptisan Tuhan, 13 Januari 2019. Yesaya 42,1-4.6-7; Kisah 10,34-38; Lukas 3,15-16.21-22. Suara: frater Victor sdb (bac 10, frater Allen sdb (bac 2), diakon Marsel sdb (bac Injil), dan pastor Peter sdb (renungan).

Renungan kita pada hari ini bertema: Pembaptisan: Asking, Receiving, dan Sharing. Pada hari minggu ini kita merayakan peringatan pembaptisan Tuhan Yesus Kristus, untuk mengakhiri masa Natal, dan membawa kita kepada rutinitas hidup dalam masa biasa. Seorang remaja bertanya kepada saya tadi malam dalam percakapan whatsapp: “Yesus adalah Tuhan, apa perlu ia dibaptis”? Nampaknya pertanyaan sederhana, tapi sesungguhnya sangat penting.

Jawaban mendasar ialah karena sebagai manusia dan menyatu dengan kita, Ia ikut datang ke Yohanes Pembaptis, untuk keperluan pembaptisan. Refleksi teologi para Bapak Gereja, seperti Santo Gregorius Nasiansen, mengatakan bahwa Yesus bukan pendosa seperti manusia yang mendapatkan pembaptisan Yohanes untuk penghapusan dosa. Tetapi dengan ikut dalam pembaptisan, sinyal yang ingin diberikan ialah supaya kita manusia mati bersama Dia dalam dosa, kemudian ikut bangkit bersama Dia karena menang melawan dosa.

Dari pemahaman ini kita dapat masuk lebih dalam tentang makna pembaptisan itu bagi kita para pengikut-Nya. Pada dasarnya, pembaptisan Yesus berada dalam pola yang teratur, yang juga kita ikuti. Pola itu ialah asking – receiving – sharing. Pembaptisan merupakan satu kebutuhan asking, permintaan. Karena diterangi oleh firman Allah, misalnya oleh pewartaan Yohanes Pembaptis, kita terpanggil dan membutuhkan pembaptisan. Masuk dalam pola ini, kita mengikuti proses legal, test, pembelajaran, ritual, dan formal. Singkatnya, pembaptisan memberikan kita makna bahwa untuk masuk ke dalam sebuah institusi apa pun atau medan permainan, kita mesti taat proses dan legalitasnya. Tanpa ada asas ini, akan terjadi kesembarangan dan kekacauan.

Pembaptisan merupakan suatu berkat bukan disia-siakan tetapi untuk receiving. Kita tidak kuat untuk menolaknya karena sebuah panggilan dan pilihan Tuhan, seperti yang dikatakan dalam bacaan pertama dan kedua. Kekuatan yang memanggil adalah Roh Kudus, Roh Allah sendiri, sehingga roh apa pun tidak bisa menghalanginya. Dalam menerimanya, seluruh diri kita diubah menjadi pribadi yang baru, yaitu menjadi milik Yesus Kristus sebagai imam, nabi dan raja. Kita yang dibaptis menerima status sebagai anak Allah setara dengan Yesus Kristus, meski kita makluk berdaging dan dapat berdosa.

Pembaptisan berbuah pada hidup untuk sharing. Tanpa ada aspek ini, hidup kita tidak berguna dan hanya sebagai tugu batu atau pohon yang mengering. Menurut Kisah Para Rasul, dengan urapan Roh Kudus dan kuasa Allah maha tinggi, Yesus berjalan keliling sambil berbuat baik. Kita wajib melakukan yang sama. Janji-jani baptis kita harus dinyatakan dalam kehidupan nyata, yaitu menjadi saksi-saksi Tuhan Yesus Kristus yang konkret dan berdaya guna. Demikianlah, Pembaptisan adalah sakramen yang membuat kita berguna dalam seluruh aspek kehidupan, baik hidup sebagai pribadi yang beriman, maupun sebagai bagian dari hidup bersama dalam kasih persaudaraan.

Marilah kita berdoa. Dalam nama…Ya Bapa yang baik, semoga kami berbuah melimpah dalam mewujudkan janji-janji baptis kami. Salam Maria… Dalam nama…

Please Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *