Panggilan untuk bertahan

Bacaan-bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Minggu Biasa ke-33, 17 November 2019. Maleaki 4, 1-2a; 2 Tesalonika 3, 7-12; Lukas 21, 5-19. Suara: frater David sdb (bac 1), bruder Duke sdb (bac 2), pastor Ambros sdb (Injil), dan pastor Peter sdb (renungan)

Tema renungan kita pada hari ini ialah: Panggilan Untuk Bertahan. Ada pertengkaran besar sedang terjadi di dalam keluarga. Awalnya dari salah paham suami dan istri. Karena masing-masingnya tidak saling menerima, yang satu mengancam yang lainnya untuk keluar dari rumah. Suami bersiap untuk keluar dari rumah. Tetapi pada saat yang sama, istri juga bersiap untuk keluar. Anak-anak semuanya menangis dan melawan keinginan orang tua yang mau keluar dari rumah. Mereka berusaha mencegahnya. Anak sulung ditemani dua adiknya berdiri di pintu untuk menghalangi bapak atau ibunya pergi dari rumah.

Karena begitu serunya usaha ketiga anak, akhirnya kedua orang tua mereka membatalkan keinginan keluar dari rumah. Kejadian di dalam keluarga ini sebenarnya menggambarkan dua hal penting yang menjadi penentu nasib keluarga tersebut: melarikan diri dari masalah atau bertahan untuk menghadapi dan mengatasinya. Pilihan yang diambil menunjukkan kualitas manusianya. 

Ada begitu banyak masalah dan kesulitan yang kita hadapi. Injil pada hari ini justru menggambarkan sejumlah masalah besar, rumit dan sangat menakutkan. Dua pilihan itu senantiasa menantang kita untuk dapat memilih yang terbaik. Untuk yang terbaik, Yesus Kristus memerintahkan kita memilih untuk bertahan. Ia sendiri sudah memberikan kita contoh, yaitu diri-Nya sendiri yang bertahan sampai akhir hidup-Nya, persis ketika di atas salib Ia berseru sebelum menghembuskan nafas terakhir: “Sudah selesai”.

Tuhan Yesus sungguh meminta kita untuk bertahan, apa pun keadaannya, kapan pun waktunya. Tujuan kita bertahan adalah supaya kita selamat. Ada beberapa sarana pendukung yang membantu kita untuk bertahan. Pertama adalah janji akan datangnya hari Tuhan. Jika tidak ada suatu janji sebagai pegangan, apalagi yang menjanjikan ialah Tuhan sendiri seperti yang diamanatkan oleh kitab Kebijaksanaan, orang tidak memiliki alasan untuk bertahan. Kedua, menurut Mazmur tanggapan hari ini, perwujudan janji menjadi sangat penting. Setiap orang menjadi pasti tentang nasibnya, yaitu ditentukan oleh pengadilan terakhir apakah seseorang itu layak atau tidak layak masuk di dalam kerajaan surga.

Ketiga ialah kemampuan mengisi waktu selama bertahan dengan sikap tenang, penuh kesabaran, dan tetap bekerja bagi penyelesaian masalah-masalah yang kita dihadapi. Mungkin masalah itu menyangkut pekerjaan yang tidak beres, kebutuhan dasar yang tidak cukup atau masalah kehidupan lainnya. Di dalam masa bertahan itu, kita mesti mampu bekerja demi tercapainya keselamatan yang sudah dijanjikan Tuhan Yesus Kristus kepada kita. Bertahan dalam kekosongan adalah sebuah kebodohan.

Marilah kita berdoa. Dalam nama… Ya Bapa, semoga dengan perayaan hari Minggu ini, kami Engkau penuhi dengan semangat untuk bertahan. Kemuliaan… Dalam nama…

Please Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *