Menjual Tuhan demi uang…

Renungan hari Rabu, 16 April 2025; Prapaskah hari ke-39

Sahabat muda yang terkasih…

Kembali lagi kita merenungkan kisah pengkhianatan yang dilakukan oleh Yudas Iskariot terhadap Yesus dalam Injil Matius 26:14-25. Yudas sepakat dengan para imam kepala untuk menyerahkan Yesus dengan imbalan tiga puluh keping perak. Dalam perjamuan terakhir di malam itu, Yesus tahu apa yang akan terjadi dan bahkan menyebutkan bahwa salah satu dari murid-Nya akan mengkhianati-Nya. Meskipun Yudas bertanya, “Bukan aku, ya Rabi?” Yesus menjawab, “Engkau telah mengatakannya.”

Dalam kehidupan sehari-hari, kadang-kadang kita juga bisa merasakan pengkhianatan dari orang-orang terdekat. Pengkhinatan yang paling menyakitkan adalah datang dari sahabat, orang kepercayaan kita. Pasti ada kekecewaan, namun mau sampai kapan? Satu cara untuk bisa keluar dari situasi ini adalah memaafkan. Tentu tidak semuda yang diucapkan. Tindakan ini mau mengingatkan kita bahwa

dalam menghadapi pengkhianatan, pilihan untuk tetap penuh kasih dan memaafkan adalah jalan yang lebih mulia, seperti yang Yesus tunjukkan dalam perjamuan malam.

Don Bosco, selalu mengingatkan kita bahwa orang muda harus hidup dalam kegembiraan yang sehat dan tidak terjebak dalam godaan yang dapat merusak masa depan mereka. Dia mengajarkan pentingnya kasih persaudaraan dan kesetiaan dalam hubungan. Ia mengatakan, Hidup dengan penuh semangat dan kegembiraan, tetapi jangan pernah jauh dari kasih dan kebaikan Tuhan.

Pesan buat kita hari ini, terutama dalam menyongsong trihari suci adalah untuk setia pada Tuhan.

Atau apakah aku lebih memilih jadi Yudas? yang menjual Tuhan demi uang?

Tuhan selalu setia menerima kita, tak peduli betapa banyaknya dosa kita. Mungkin kita tidak akan mengkhianati Yesus dalam tingkatan yang dilakukan oleh Yudas, tetapi kadang-kadang kita bisa mengkhianati-Nya lewat tindakan atau pilihan kita sehari-hari. Selama Pekan Suci, kita diajak untuk merenungkan pengorbanan Yesus dan memperbaharui komitmen kita untuk mengikuti-Nya dengan setia dan penuh kasih. Inilah saat yang tepat untuk mengevaluasi kembali hidup kita dan berusaha menjadi pribadi yang lebih setia dan penuh kasih. Amin.

By: Bruder Linus SDB

Please Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *