KETULUSAN MEMBUTUHKAN KEADILAN

Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Selasa pekan biasa ke-12 

22 Juni 2021

Bacaan dibawakan oleh Suster Lisa PK dan renungan dibawakan oleh Suster Tina PK dari Komunitas Novisiat PK di Kediri, Jawa Timur

Kejadian 13: 2.5-18; Mazmur tg 15: 2-3ab.3cd-4ab.5; Matius 7: 6.12-14

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius

Dalam khotbah di bukit Yesus berkata,
“Janganlah kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing,
dan janganlah kamu melemparkan mutiaramu kepada babi,
supaya jangan diinjak-injak dengan kakinya,
lalu babi itu berbalik mengoyak kamu.

Segala sesuatu yang kamu kehendaki diperbuat orang kepadamu,
perbuatlah demikian juga kepada mereka.
Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.

Masuklah melalui pintu yang sempit itu,
karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan,
dan banyak orang telah masuk melalui pintu dan jalan itu.
Tetapi sempitlah pintu dan sesaklah jalan yang menuju kehidupan,
dan sedikitlah orang yang menemukannya.”

Demikianlah Injil Tuhan.

Tema renungan kita pada hari ini ialah: Ketulusan Membutuhkan Keadilan. Dalam satu pertemuan di lingkungan, pastor Paroki terlibat bersilat lidah dengan umatnya. Pastor memberikan nasihat tentang pentingnya saling mendengarkan sebelum memberikan pendapat dan penilaian di antara umat. Pada kesempatan tertentu nasihat itu berubah menjadi tuduhan bahwa lingkungan tersebut memiliki beberapa umat yang suka menyebarkan curiga dan tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar. Pastor Paroki ikut dicurigai dan dituduh.

Seorang anggota lingkungan tidak menerima tuduhan tersebut. Ia berbicara terbuka supaya semua pihak menjadi mengerti dan mengambil sikap yang benar. Ia berkata bahwa jika pastor tidak ingin dicurigai dan dituduh, ia harus menjadi yang pertama tidak mencurigai dan menuduh umatnya. Hal ini ia kaitkan dengan homili di gereja beberapa waktu lalu ketika sang pastor secara terbuka mengatakan bahwa ia mengetahui identitas umatnya yang suka meresahkan sesamanya dengan menyebarkan curiga dan tuduhan yang tidak benar.

Perdebatan sengit tersebut cukup merefleksikan apa yang ditegaskan di dalam Injil Matius pada hari ini. Dikatakan begini: Segala sesuatu yang kamu kehendaki diperbuat orang kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Kita juga bisa menempatkan pernyataan ini sejajar dengan ajaran cinta kasih Kristus yang mengatakan bahwa kita ingin dicintai oleh sesama seperti kita mencintai mereka. Lalu santo Fransiskus dari Assisi meninggalkan kita warisan rohaninya yang terkenal tentang nyanyian cinta kasih Allah. Beberapa penggalan syairnya kira-kira seperti ini:  supaya dimengerti, maka Anda haru mengerti, dicintai, maka mencintailah, dibantu, maka membantulah.

Hal ini bukan suatu ajaran tentang balas-membalas perbuatan baik. Sebenarnya ini adalah sebuah ketulusan. Kehidupan kita untuk dapat menjadi bermakna, kalau kita bisa berbagi dari diri kita kepada orang lain, terutama mereka yang ada di sekitar kita. Misalnya kita memberikan salam atau tersenyum kepada saudara dan saudari yang kita jumpai tiap hari. Ini adalah bagian dari hidup yang tulus. Perlakukan yang baik terhadap sesama dalam kewajaran dan berperi kemanusiaan, dengan sendirinya berbuah pada kebaikan yang dilakukan orang lain terhadap diri kita. Saya telah berbuat baik kepada saudara dan saudariku, demikian juga nanti saya di dalam kesulitan dan kekurangan, mereka akan membantu saya. Hal ini merefleksikan rasa keadilan di dalam hidup saya dan saudara-saudari saya. 

Jika ketulusan kita selalu berjalan bersama dengan keadilan maka kita memang sedang menciptakan suatu kehidupan bersama yang damai dan nyaman seperti yang dikehendaki Tuhan dari kita.

Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa… Ya Yesus yang baik, penuhilah kami dengan semangat cinta kasih-Mu yang tanpa pamrih. Salam Maria… Dalam nama Bapa …

Please Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *