JIKA TERJADI SALAH PAHAM

Bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Rabu Pekan Biasa ke-9

2 Juni 2021

Bacaan dibawakan oleh Suster Maria Antonita Neo dan renungan dibawakan oleh Suster Maria Agatha Timo, dari Biara RVM di Keuskupan Agung Kupang.

Tobit 3: 1-11a.13.16-17; Mazmur tg 25: 2-4a.4b-5ab.6-7bc.8-9; Markus 12: 18-27.

Inilah Injil Tuhan kita Yesus Kristus menurut Markus (12: 18-27)

Pada suatu hari, datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki,
yang berpendapat, bahwa tidak ada kebangkitan.
Mereka bertanya kepada-Nya,
“Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita,
‘Jika seseorang yang mempunyai saudara laki-laki,
mati dengan meninggalkan seorang isteri
tetapi tidak meninggalkan anak,
saudaranya harus kawin dengan isterinya itu
dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya.’

Ada tujuh orang bersaudara.
Yang pertama kawin dengan seorang wanita,
lalu mati tanpa meninggalkan keturunan.
Maka yang kedua mengawini dia,
tetapi juga mati tanpa meninggalkan keturunan.
Demikian juga yang ketiga.
Dan begitulah seterusnya,
ketujuh-tujuhnya tidak meninggalkan keturunan.
Akhirnya wanita itu pun mati.
Pada hari kebangkitan, bilamana mereka bangkit,
siapakah yang menjadi suami perempuan itu?
Sebab ketujuh-tujuhnya telah beristerikan dia.”
Jawab Yesus kepada mereka,
“Kalian sesat,
justru karena kalian tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah.
Sebab di masa kebangkitan orang mati,
orang tidak kawin atau dikawinkan;
mereka hidup seperti malaikat di surga.
Mengenai kebangkitan orang mati,
tidakkah kalian baca dalam kitab Musa,
yaitu dalam ceritera tentang semak berduri,
bahwa Allah bersabda kepada Musa,
‘Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub?
Allah bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup.
Kamu benar-benar sesat.”

Demikianlah Injil Tuhan.

Renungan untuk hari ini bertema: Jika Terjadi Salah Paham. Bacaan-bacaan liturgis pada hari ini memberikan kita tiga contoh salah mengerti atau salah paham. Ini berbeda dengan orang yang agak lama paham, atau gagal paham seperti yang umumnya kita ketahui. Salah paham itu dibentuk dari awalnya oleh konsep yang sudah salah demi pembenaran diri dan mempersalahkan orang lain.

Tobit sebagai seorang yang sungguh beriman kepada Tuhan salah mengerti tentang kasih, kemurahan dan kebesaran Tuhan. Dalam sakit dan derita serta terbebani dosa, ia sudah punya keyakinan bahwa Tuhan tak punya hati untuk mengampuni dan memberikan jalan perubahan. Maka ia minta untuk segera dicabut nyawanya. Demikian juga Sarah, wanita yang kawin tujuh lelaki tetapi semuanya mati karena dibunuh oleh setan Asmodeus, merasa bahwa kesalahannya sudah amat luar bisa. Maka ia ingin akhiri semua dengan membunuh diri sendiri. Baginya membunuh diri adalah solusi terbaik. 

Itu dari bacaan pertama dari kitab Tobit. Dari Injil kita tahu bahwa orang-orang Saduki yang tidak percaya ada kebangkitan juga salah paham bahwa nanti di dalam hidup abadi suami-istri biologis akan melanjutkan lagi perkawinan mereka di sana. Mereka sangat salah karena berpikir seperti pindah alamat tempat tinggal yang ada di dunia. Yesus menegaskan bahwa mereka sungguh salah paham dan itu membuat arah hidup mereka menjadi salah. 

Jika terjadi salah paham, pertanyaan sederhananya ialah begini: apa yang mesti dilakukan? Mungkin ada di antara kita yang senang dengan salah paham, mereka mempertahankan itu dan berusaha mencapai tujuannya dengan paham yang salah itu. Mereka itu sama dengan para Saduki. Mungkin ada yang berpikir kembali, menyadari kalau ada Tuhan sebagai sumber kebjikasanaan, yang dari-Nya didapatkan ketenangan, nasihat, pencerahan dan jalan untuk berbalik ke paham yang benar. Untuk melakukan seperti ini, mereka harus menyesali dosanya dan mohon pengampunan. Mereka itu sama dengan Tobit dan Sarah. 

Di samping itu, ada di antara kita beriman sungguh-sungguh, berpikir jernih dan sehat ingin memberikan kesadaran dan arahan supaya salah paham itu jangan diteruskan atau diberikan peluang untuk menjadi besar. Karena kalau dipelihara, itu bagaikan menyemaikan benih bom pertengkaran atau konflik yang akan meledak suatu saat nanti. Cara kerja ini mesti disertai penyadaran, pengajaran, persuasi, pendampingan hati ke hati, pendidikan supaya paham yang salah ditinggalkan. Titik baliknya ialah kalau mereka berbalik untuk mengarahkan diri ke jalan yang benar dengan paham yang benar. Mereka ini sungguh mengikuti caranya Yesus Kristus.

Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa… Ya Tuhan Yesus Kristus, ajarkan dan kuatkanlah kami selalu untuk berada dalam jalan dan paham yang benar, dan jauhkanlah kami dari segala tipu muslihat yang mengacaukan kami dari kebenaran itu. Kemuliaan kepada Bapa… Dalam nama Bapa…

Please Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *