Renungan hari Jumat, 02 Mei 2025
Bulan Mei membuka gerbang kasih dan devosi kepada Bunda Maria, yang dalam tradisi Gereja Katolik dikenal sebagai bulan Maria. Di tengah gemerlap dunia digital dan kecanggihan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), kita sebagai orang muda dipanggil untuk tidak kehilangan arah. Bunda Maria, dalam seluruh hidupnya, adalah sosok yang mendengarkan sabda, merenungkannya dalam hati, dan taat secara total kepada kehendak Allah.
Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus menggandakan lima roti dan dua ikan untuk memberi makan ribuan orang (Yoh 6:1-15). Ini adalah tanda bahwa Allah menyediakan kelimpahan bagi umat-Nya yang datang dengan hati yang terbuka. Demikian pula Maria, dalam kehidupan sehari-harinya, membawa kita kepada Yesus, Sang Roti Hidup, yang menjadi pemenuhan jiwa dan kerinduan terdalam manusia.
Santo Yohanes Bosco menanamkan satu devosi yang amat kuat kepada Bunda Maria, khususnya dengan gelar Maria Penolong Umat Kristiani. Ia percaya bahwa Maria selalu hadir sebagai pembimbing dan pelindung, terutama bagi orang muda. Don Bosco berkata:
Percayalah kepada Maria dan engkau akan melihat apa itu mukjizat.
Bagi Don Bosco, Maria adalah ibu yang mendidik dengan kelembutan, tetapi juga membentuk hati anak muda agar berani menjadi kudus di tengah dunia yang menggoda.
Di dunia kita saat ini, di mana teknologi seperti AI dapat menggantikan pekerjaan, menyaring informasi, bahkan mempengaruhi emosi dan pikiran, mudah bagi kita untuk kehilangan jati diri sebagai anak-anak Allah. Tapi seperti para rasul dalam Kisah Para Rasul 5:34-42, kita diajak untuk tetap teguh dalam iman dan tidak gentar menghadapi tekanan zaman. “Kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia.” (Kis 5:29)
Santo Atanasius, yang kita peringati hari ini, adalah pembela iman sejati dalam masa penuh tantangan. Ia pernah berkata:
“Yesus menjadi manusia supaya kita menjadi ilahi.”
Itulah panggilan kita: di tengah dunia yang semakin ‘mekanis’, kita jangan kehilangan kemanusiaan yang diangkat oleh rahmat. Maria adalah teladan bagaimana menjadi manusia sepenuhnya dalam relasi dengan Allah.
Sebagai orang muda, mari kita menjadikan Rosario sebagai ‘earphone rohani’ kita—bukan hanya untuk mengisi waktu, tetapi untuk mendengarkan suara Tuhan dalam keheningan, meneladani Maria yang selalu merenungkan segala sesuatu dalam hatinya. Di bulan Maria ini, mari kita berdoa agar AI dan segala teknologi tidak menjauhkan kita dari Tuhan, tetapi justru menjadi sarana pewartaan, kebaikan, dan pertumbuhan iman.
Di zaman serba cepat ini, Bunda Maria tetap menjadi GPS rohani kita, mengarahkan kita kepada Yesus. Bersama Don Bosco dan Santo Atanasius, kita mohon rahmat untuk menjadi orang muda yang kuat dalam iman, bijak dalam teknologi, dan setia dalam devosi kepada Bunda Maria.
By: Bruder Bojes, SDB