HENTIKAN KEBODOHAN TENTANG ROTI

Bacaan-bacaan dan renungan Sabda Tuhan hari Minggu Biasa ke-20; 19 Agustus 2018. Amsal 9,1-6; Efesus 5,15-20; Yohanes 6, 51-58. Suara: Peter sdb

Tema renungan kita pada hari Minggu Biasa ke-20 ini ialah: Hentikan Kebodohan Tentang Roti. Dalam satu kesempatan ziarah ke tanah suci di Yerusalem, seorang lelaki yang bernama Jerome amat terkesan ketika menyentuh tempat di mana Santo Hironimus (Saint Jerome) pernah tinggal. Yang berkesan dan tertulis amat kuat di dalam pikirannya ialah kutipan kata-kata Santo Hironimus yang berbunyi: Tidak tahu kitab suci berarti tidak tahu Kristus.

Ungkapan yang lebih keras atas ketidak-tahuan ialah kebodohan. Perbuatan dan perilaku manusia disebabkan oleh kebodohan selalu dianggap rendah bahkan membahayakan. Kehidupan yang semata-semata digerakkan oleh kadar pengetahuan yang sangat rendah dan ketidak-tahuan suatu kenyataan yang normal dan masuk di akal, pasti membuat kehidupan itu amat sulit untuk dinikmati sebagai sebuah kenyataan hidup bersama.

Mengapa di dalam tujuh karunia Roh Kudus yang dicurahkan pada waktu Pentekosta, ada yang disebut karunia pengertian dan pengetahuan, itu adalah karena kehendak Tuhan untuk menghilangkan kebodohan-kebodohan yang membayakan kehidupan manusia. Yesus berulang kali mengecam dan melawan keras orang-orang Farisi, para ahli taurat dan para penguasa masyarakat karena bagi Yesus, kebodohan mereka sangat fatal. Mereka tidak mau menerima Mesias yang menjadi utusan Allah, yaitu diri-Nya sebagai anak manusia.

Pada hari minggu ini, Sabda Tuhan kembali memberikan kita tantangan atas kemampuan kita mengerti dan menerima ajaran tentang diri-Nya sendiri sebagai makanan dan minuman. Kebodohan yang ada pada para pendengar Yesus saat itu ialah mereka memandang roti hidup dalam tubuh Yesus secara fisik. Mereka tidak bisa menerima kalau tubuh Yesus sebagai daging dan darah manusia menjadi makanan mereka. Mereka tidak terima kalau disamakan dengan hewan pemakan hewan. Bagi Yesus cara memandang ini adalah sebuah kebodohan.

Sebenarnya, perjanjian lama sangat menekankan segi rohani roti dan anggur, yaitu ungkapan syukur dan pengakuan akan Pencipta yang adalah pemberi dan penopang kehidupan. Pandangan rohani ini disempurnahkan oleh Yesus yang membuat diri-Nya sebagai roti hidup. Karena Ia menjadikan diri-Nya sebagai suatu persembahan sempurna dari Tuhan bagi kita manusia, dan yang membawa semua manusia kepada Tuhan melalui pengorbanan diri-Nya. Kita diminta oleh-Nya untuk memakan Diri-Nya berarti membuat diri-Nya hidup di dalam diri kita. Ia menetapkan Ekaristi sebagai tanda pengorbanan itu, sehingga kita memang diwajibkan untuk memakan Sabda-Nya yang menjelmah menjadi tubuh Ekaristi. Kita tidak boleh jatuh dalam kebodohan karena salah mengerti Yesus sebagai roti hidup yang menghidupi dan menopang hidup rohani kita.

Marilah kita berdoa. Dalam nama Bapa… Ya Tuhan, pandanglah kami dengan kasih setia-Mu supaya kami menjadi setia seperti diri-Mu. Kemuliaan… Dalam…

Please Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *